BAB 1
Pembukaan
1.1
Latar Belakang
Jepang
merupakan negara maju diberbagai bidang kehidupan seperti : politik, ekonomi,
sosial, budaya, teknologi, dll. Kemajuan-kemajuan yang dimiliki Jepang tentu
saja mempengaruhi sarana dan prsarana serta kualitas pendidikan yang ada di
negara tersebut. Sejarah membuktikan bahwa pendidikan di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, Yunani, Jerman, serta negara-negara maju lainnya
membangun kemajuan bangsa dengan memprioritaskan pendidikan yang ada di
negaranya dimana negara berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta menghargai
terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan.
Bagi negara Jepang pendidikan
merupakan alat yang berperan sangat penting guna meningkatkan Sumber Daya
Manusia. Dimana kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan karena mampu
menentukan kualitas Sumber Daya Manusia pada suatu negara itu sendiri.
Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan watak setiap individu
di tengah peradaban bangsa. Jepang dianggap unggul dalam memajukan pendidikan
yang ada di negaranya dimana Jepang terpilih sebagai negara dengan kualitas dan
sistem pendidikan terbaik se-Asia dan tercatat sejak tahun 1970 negara Matahari
Terbit ini mampu mengemban setiap tujuan-tujuan pendidikan yang telah
dicanangkannya hanya dalam kurun waktu 25 tahun.
Berbagai keunggulan pendidikan di negara Jepang seperti pada jurusan :
kedokteran, teknologi, sastra, dan seni serta masih banyak lagi merupakan
keberhasilan sistem pendidikan Jepang yang secara gemilang telah mampu menjawab
berbagai permasalahan mengenai Sumber Daya Manusia yang di butuhkan diberbagai
bidang lapangan pekerjaan.
Bahkan negara Jepang mampu meminimalisir tingkat pengangguran yang
faktanya di setiap negara selalu meningkat jumlahnya. Kreativitas para
lulusan-lulusan pendidikan Jepang diakui secara internasional sebagai contoh :
keberhasilan dibidang otomotif yaitu Honda, Suzuki, yang selalu mampu
menginovasi produk-produknya dalam kurun waktu yang singkat. Selain
menghasilkan tenaga kerja buruh negara ini juga mampu menghasilkan
tenaga-tenaga ahli yang mampu mengembangkan riset-riset terbaru secara terus
menerus.
Dari rangkuman diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa negara Jepang
mampu menjadi negara yang unggul di berbagai bidang seperti : politik, ekonomi,
sosial, budaya, teknologi, dll. Karena memiliki Sumber Daya Manusia yang
berkualitas dan hal tersebut dapat terwujud apabila adanya kesadaran antara
pemerintah dan warga masyarakat untuk memprioritaskan pendidikan guna
mempersiapkan diri dalam tantangan lapangan pekerjaan, masa depan, serta
kamajuan zaman yang kian menuntut keahlian setiap individunya. Budaya disiplin
dan kerja keras orang Jepang turut berperan serta dalam pencapaian kesuksesan
negara tersebut. Nilai-nilai positif dari negara Jepang patut kita terapkan
dalam menyongsong kesuksesan dan kemajuan pada negara yang sedang berkembang
seperti negara kita.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, tim penulis
tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai metode-metode dan sistem
pendidikan yang diterapkan di negara Jepang guna sebagai penambah informasi dan
wawasan sehingga kita dapat membandingkan sistem pendidikan di negara kita
dengan sistem pendidikan yang ada di negara tersebut
1.2
Tujuan Penulisan
1. Sebagai bahan perbandingan dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan dan Sumber Daya Manusia di negara kita.
2. Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang pendidikan
formal, tujuan pendidikan, serta kurikulum yang diterapkan di negara Jepang.
3. Untuk memberikan masukin positif bagi dosen, mahasiswa,
tenaga pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan.
4. Agar pembaca dapat memetik nilai-nilai postif masyarakat
Jepang seperti : budaya kerja keras, disiplin waktu, dll. Dari negara tersebut
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1.3
MANFAAT PENULISAN
1.
Agar pembaca dapat memahami dengan jelas bagaimana sistem pendidikan MIPA yang ada
di negara Jepang.
2.
Agar penulis juga dapat menerangkan dengan jelas Sitem Pendidikan MIPA Jepang sehingga
pembaca dapat membaca makalah sistem Pendidikan yang ada di negara Jepang.
3.
Pembaca dan penulis dapat saling memahami dan mengerti bagaimana dengan sistem
Pendidikan MIPA di negara Jepang sehingga terdapatlah pengetahuan yang lebih lagi dengan membaca makalah
ini.
BAB II
ISI
2.1
Sejarah Pendidikan Jepang
Pendidikan
formal mulai diadopsi dari kebudayaan Cina pada abad ke-6. Pelajaran yang
diajarkan pada waktu itu adalah agama Buddha, Konfusianisme, Ilmu pengetahuan,
Kaligrafi, Sastra. Selama pemerintahan Kamakura sering terjadi huru-hara
sehingga masa ini merupakan masa kosongnya kebudayaan dan pendidikan.
Kebudayaan yang didirikan oleh rakyat biasa mulai tumbuh. Sekolah-sekolah di
Kyoto mengalami kehancuran, sedangkan di daerah Kanto berdiri sebuah
perpustakaan dan sekolah bernama Ashikaga yang ditompang oleh kekuatan oleh
kekuatan prajurit. Pada masa ini agama Buddha masih dikembangkan sehingga
muncul Sekte-sekte agama Buddha dan banyak pendidikan yang diselenggarakan di
kuil.
Sekolah
Kristen mulai didirikan pada abad ke-16 oleh Fransiskus Xaverius seorang
misionaris dari Portugal. Dia membawa hasil-hasil peradaban Eropa pada zaman
itu diantaranya alat musik. Di dalam sekolah Kristen ini orang Jepang
diperkenalkan pada ilmu perbitangan, Ilmu bumi, dan Kedokteran Eropa. Selain
itu, para misionaris dari Portugis banyak yang mendirikan sekolah-sekolah pada
pemuda Jepang diantaranya sekolah SD di Kyushu, SMP di Kyushu dan Nagoya, sekolah
yang mengajarkan Matematika dan Ilmu di Kyoto. Mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah-sekolah tersebut diantaranya bahasa latin, bahasa Portugis, Musik
barat, Melukis, Memahat, dan sebagainya. Selain mata pelajaran tersebut ada
juga pelajaran bahasa dan sejarah Jepang untuk menarik minat para pemuda-pemuda
Jepang. Tetapi, sekolah-sekolah ini lenyap pada abad ke-17 disebabkan oleh
penindasan besar-besaran kepada agama Nasrani oleh Shogun Tokugawa.
Pada jaman
Edo yaitu kira-kira pertengahan abad ke-18, pemerintahan memperluas
perlindungan terhadap sekolah swasta yang didirikan oleh Hayashi Razan. Lembaga
ini menjadi sebuah lembaga yang diawasi langsung oleh pemerintah Shogun dan
diberi nama Shoheizaka Yakumonzo. Sepanjang waktu berjalan sekolah-sekolah
swasta diberi perlindungan sampai perkembangan menjadi kira-kira 200 buah. Pada
masa ini berkembang sekolah-sekolah yang didirikan di kuil-kuil yang disebut
dengan terakoya.
Pada
zaman meiji, sistem pendidikan sekolah modern jepang berkembang amat pesat.
Sekolah-sekolah yang sudah ada diperluas dan jumlah Terakoya juga bertambah. Lembaga-lembaga pendidikan swasta kecil
menjadi banyak diantaranya Universitas Keio di Tokyo yang masih bertahan sampai
sekarang. Universitas Jepang modern yang pertama didirikan oleh pemerintah pada
tahun 1887 adalah Todai ( singkatan
dari Tokyo Daigaku atau Universitas Tokyo) mengikuti pola system sekolah
Prancis. Pada zaman ini Jepang dibagi menjadi 8 ( delapan) daerah akademik.
Jepang
mengalami beberapa pembaruan dalam system pendidkan (Kyoiku kaikaku) pada tahun 1946. Pembaruan tersebut diantaranya :
a. Pendidikan wajib atau gimu
kyoiku yang pada tahun 1900 adalah 4 (empat) tahun kemudian pada tahun 1907
berubah menjadi 6 (enam) tahun dan setelah reformasi pendidikan selanjutnya
menjadi 9 (sembilan) tahun.
b.
Waktu belajar disekolah menengah dan atas yang masing-masing menjadi 3
(tiga) tahun.
c. Diselenggarakannya
sekolah dengan jenjang yang lebih atas yaitu perguruan tinggi pada tahun 1948.
d. Berlakunya sistem belajar 5 (lima) hari untuk SD s/d SMA.
Hal ini ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan
pengalaman di masyarakat atau untuk lebih bersosialisasi dengan orang-orang di
sekitarnya.
2.2 Pembelajaran Matematika di Jepang
Pengajaran matematika di Jepang
relatif berbeda. Kelas dimulai dengan pengantar singkat, kemudian guru
menyajikan satu soal yang cukup sulit dan tidak mengajarkan siswa cara
memecahkan soal tersebut. Para siswa lalu mengerjakan sendiri soal tersebut,
baik mandiri maupun berkelompok, sambil diawasi oleh guru yang berkeliling
untuk melihat berkembangan dan memberikan saran-saran. Setelah sepuluh atau 15
menit, salah seorang siswa diminta untuk mempresentasikan apa yang diperolehnya
di depan kelas, dengan masukan dari guru jika siswa tersebut mengalami
hambatan. Matematika jepang memberikan kebebasan pola pikir
dalam menyelesaikan masalah kepada anak. Kesalahan yang terjadi pada anak
dibiarkan dan dijadikan proses alamiah dalam menemukan pola pikir itu. Guru
memberikan sebuah permasalahan untuk dipecahkan anak sesuai dengan pola
pikirnya.
Dalam sebuah kelas di Jepang,
anak-anak bisa jadi menghabiskan seluruh waktu pembelajaran di kelas untuk
mendemonstrasikan dan mendiskusikan beragam solusi yang mereka identifikasi terhadap
suatu persoalan. Dengan melihat pada suatu persoalan dari berbagai perspektif,
dan menilai proses berpikir dalam diri mereka sendiri, serta mengoreksi
miskonsepsi yang telah mereka buat, mereka belajar berpikir secara lentur atau
fleksibel. Bukannya belajar dengan semata-mata menerapkan serangkaian aturan
yang tidak sepenuhnya mereka pahami, atau memecahkan sejumlah besar persoalan
yang sama dengan rumus algoritma yang sama, para siswa belajar untuk sampai
pada pemahaman akan beragam strategi untuk memecahkan persoalan. Tidak
mengherankan bahwa akhirnya mereka pun mampu menerapkan apa yang telah mereka
pelajari tersebut dalam situas-situasi baru yang mereka hadapi.
Pembelajaran matematika, terutama di
SD dan SMP di Jepang juga sangat menarik, guru-guru selalu menyiapkan bahan
belajar yang sangat sederhana, misalnya kertas, gunting, jepitan pakaian, atau
bahan lain yg gampang sekali ditemukan. Alat peraga digunakan untuk membantu
membentuk pola pikir anak.
Misalnya seorang guru di SD
affiliation Tsukuba University mengajar anak kelas 5 SD bilangan berderet
dengan bahan kertas dan gunting. Dengan prinsip `melipat dan menggunting`
anak-anak belajar bilangan berderet secara menyenangkan.
Yang menarik guru sama sekali tidak
menggurui dengan memberitahukan jawabannya secara langsung, tetapi seakan-akan
beliau tidak tahu, dan meminta siswa untuk menjelaskan. Melalui cara ini, saya
dapat menangkap bahwa anak-anak Jepang sangat kaya ide. Pepatah `banyak jalan
menuju Roma` berlaku di sini. Dan Pak Guru sama sekali tidak pernah mengatakan
`salah`, yang dia ucapkan malah kalimat `naruhodo`, yang artinya `Oh, saya baru
tahu ! Kalimat ini menurut saya membangkitkan suatu kebanggaan tersendiri bagi
seorang anak. Suatu pujian yang bisa diartikan `kamu bisa, Nak
!`
Ada 3 prinsip mengajar guru-guru di Jepang, yaitu
1. Tanoshii jugyou (kelas harus menyenangkan)
2. Wakaru ko (anak harus mengerti)
3. dekiru ko (anak harus bisa)
1. Tanoshii jugyou (kelas harus menyenangkan)
2. Wakaru ko (anak harus mengerti)
3. dekiru ko (anak harus bisa)
Melalui model pembelajaran seperti
itu, kita dapat melihat bagaimana anak-anak di Jepang diajari untuk menganalisa
sebuah permasalahan, atau menemukan pemecahannya, tanpa dijejali dengan rumus
itu rumus ini. Mereka baru diajari rumus /teori belakangan, setelah mereka
paham asal-usul sebuah teori, dan bisa menggunakannya di kehidupan sehari-hari.
Mereka juga tidak diajari banyak hal, sedikit saja yang penting mengerti.
Pendekatan pembelajaran matematika
di Jepang yang diamanatkan oleh standar isi adalah pemecahan masalah. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan
keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah,
dan menafsirkan solusinya. Pembelajaran matematika di Jepang berdasarkan
masalah kontekstual. Hal ini dapat terlihat dari buku pelajaran matematika di Jepang menggunakan gambar asli tempat, benda
dan hal-hal lain yang memiliki relativitas dengan isi atau pelajaran yang
disajikan dalam buku. Buku pelajarannya berwarna-warni dan memiliki banyak foto
dan gambar.
2.3 Kurikulum Pendidikan Sains di
Jepang
Kurikulum pendidikan sains di Jepang telah mengalami beberapa kali
perubahan.
- Pada tahun
1955, kurikulum pendidikan setelah PDII disusun, kurikulum ini merupakan
kurikulum yang paling padat dan memuat pengetahuan yang paling banyak
dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum berikutnya.
- Pada tahun
1967, kurikulum pendidikan Jepang menerima metode Investigative Learning,
yang karenanya materi pengajaran menjadi sedikit, hanya bagian-bagian yang
sesuai dan memungkinkan dilakukannya kegiatan investigative saja yang
dimuat di dalam kurikulum ini.
- Tahun 1977
kurikulum diubah lagi. Kali ini mendapat pengaruh ゆとり(artinya pendidikan yang tidak
membebani siswa). Dengan pengaruh ini semua siswa dites, berdasarkan hasil
tes ini bagian dari kurikulum yang dianggap sulit dibuang, dengan demikian
isi kurikulum berkurang lagi.
- Tahun 1988
terjadi perubahan pandangan pada kalangan pendidikan di Jepang. Pada saat
ini kegiatan hands-on dianggap penting. Maka dalam kurikulum hanya
topic-topik yang bisa dihands-on kan saja yang dimuat, bagian yang tidak
memungkinkan kegiatan hands-on tidak dimuat di dalam kurikulum.
- Kurikulum
yang dipakai sekarang ini merupakan kurikulum yang disusun pada tahun
1998. Dibandingkan dengan kurikulum lainnya, kurikulum ini merupakan yang
paling sedikit dan paling ringan muatannya. Kurikulum ini mendapat
kritikan dari kalangan pengusaha seperti Toyota dan Sharp. Mereka
menganggap kurikulum yang sekarang ini tidak memberikan kesempatan belajar
yang cukup bagi anak-anak berbakat. Anak-anak yang cemerlang dianggap
tidak mendapat tantangan yang cukup dari kurikulum yang sekarang ini. Oleh
karena itu, tahun 2008 mungkin kurikulum ini juga akan mendapat perubahan
lagi.
Kurikulum pendidikan Sains yang sekarang ini dilaksanakan di Jepang
memiliki 4 hal penting yang menjadi point of view dari evaluasinya, yaitu:
- Interest
and respect in the learning
- Scientific
thinking
- Skill of
techniques in observation and experiment
- Having
knowledge of natural phenomenon
2.4
SISTEM PENDIDIKAN JEPANG
Sistem pendidikan di Jepang dibangun atas empat tingkat, yaitu: pusat,
perfektual (antara Provinsi dan Kabupaten), municipal (antara Kabupaten dan
Kecamatan), dan sekolah. Sistem administrasi tersebut menerapkan kombinasi
antara sentralisasi, desentralisasi, Manajemen Berbasis Sekolah (School Based
Management), dan partisipasi masyarakat. Di samping itu, terdapat
asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua yang mendukung
pengembangan sekolah. Dalam sistem tersebut terdapat peran dan hubungan antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, seklah, asosiasi-asosiasi tersebut, dan
masyarakat yang saling mengisi sehingga tercipta sinergi yang memungkinkan
sistem tersebut menjadi relatif efisien dan efektif. Hal ini merupakan faktor
utama pencapaian mutu pendidikan di Jepang yang relatif tinggi.
Adapun sistem pendidikan umum di Jepang ditetapkan lebih dari satu abad
yang lalu dan keberadaannya berlangsung lebih lama dari pada kebanyakan negara.
Sistem pendidikan Jepang pada dasarnya adalah Sekolah Dasar (SD) 6 (enam)
tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3 (tiga) tahun, Sekolah Menengah Atas
(SMA) 3 (tiga) tahun, Universitas 4 (empat) tahun, dan Lembaga Pendidikan
Tinggi 2 (dua) tahun. Wajib belajar adalah dari SD sampai SMP. Untuk masuk SMA
dan Universitas pada dasarnya harus mengikuti ujian masuk. Selain sekolah
tersebut, ada sekolah kejuruan atau sekolah khusus yang menampung lulusan SD
atau SMP. Sekolah ini mengajarkan keterampilan khusus. Di samping beberapa
jenjang pendidikan tersebut, di Jepang juga terdapat program pendidikan
prasekolah, baik dalam bentuk Taman Kanak-Kanak (TK) maupun Play Group (PG).
Jika dilihat dari pengelola sekolah, dapat dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu Sekolah Negeri adalah sekolah yang dikelola pemerintah, Sekolah provinsi
adalah sekolah yang dikelola pemerintah daerah, Sekolah Swasta adalah sekolah
yang dikelola badan hukum. Sedangkan apabila dilihat dari tahun ajarannya,
seklah dimulai bulan April dan berakhir pada bulan Maret tahun berikutnya
2.5
SEKOLAH DI JEPANG
Pendidikan Jepang
mengalami perubahan besar bersamaan dengan revormasi pendidikan stelah perang
dunia II diantaranya system pendidikan, isi mata pelajaran yang berbeda
sama sekali pada waktu sebelum perang
dunia II. System pendidikan di Jepang
tidak berbeda dengan system pendidikan di Indonesia yaitu SD 6 tahun, SMP 3
tahun, SMA 3 tahun, dan Perguruan Tinggi 4 tahun. Pada umumnya di Jepang
sekolah berdiri dari 3 (tiga) semester dimana semester 1 mulai pada bulan April
– Juli, semester 2 mulai pada bulan September – Desember dan semester 3 pada bulan Januari - Maret.
1) Pendidikan Prasekolah
Pendidikan
prasekolah dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kelompok Bermain (KB) atau Play
Group (PG) dan Taman Kanak-Kanak (TK).
Play Group (PG)
adalah merupakan fasilitas yang disediakan bagi para orang tua yang bekerja
sehingga tidak dapat mengasuh anaknya di siang hari. Pendaftaran murid baru
dimulai setiap awal Januari. Permohoman untuk masuk ke PG ini dilakukan di
kantor pemerintahan setempat karena terbatasnya jumlah tempat untuk masuk ke
kelompok bermain ini.
TK di Jepang
menerima murid berusia 3 sampai 5 tahun untuk lama pendidikan 1 sampai 3 tahun.
Anak berusia 3 tahun diterima dan mengikuti pendidikan selama 3 tahun,
sedangkan anak berusia 4 tahun mengikuti pendidikan selama 2 tahun dan bagi
pendaftar berusia 5 tahun hanya menempuh pendidikan prasekolah selama 1 tahun.[1][1][5] Lebih dari
50% TK di Jepang dikelola oleh swasta, sisanya oleh pemerintah kota dan hanya
sebagian kecil yang merupakan TK Negeri. Meski demikian, semua TK adalah
pendidikan prasekolah di bawah naungan Departemen Ilmu Pengetahuan Pendidikan
dan Kebudayaan yang dikelola berdasarkan hukum pendidikan.
TK atau yang
disebut youchien bertujuan untuk mengasuh anak-anak usia dini dan memberikan
lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak. Untuk mencapai tujuan
tersebut, ada beberapa cara yang dilakukan, antara lain: (1) Merancang
pendidikan yang mengembangkan fungsi tubuh dan jiwa secara harmoni melalui
pembiasaan pola hidup yang sehat, aman, dan menyenangkan; (2) Menumbuhkan
semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan
kerjasama; (3) Mengenalkan kehidupan sosial dan membina kemampuan
bersosialisasi; (4) Mengarahkan penggunaan bahasa dengan benar serta
menumbuhkan minat berkomunikasi dengan sesama; (5) Mengarahkan minat untuk
berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan, menggambar dan lain-lain.
2) Sekolah Dasar
Sekolahdasarataushogakkomerupakansekolahdasar
yang diperuntukkanpadamasyarakatjepang yang selamamasaperangduniabernamakokumingakko (sekolah Rakyat).KemudianberalihnamamenjadishogakkosejakpemerintahanMeijinpadatahun
1947 dalamreformasipendidikansetelahperang. Lama sekolah di SD Jepangsamadengan SD di Indonesia,
yaitu 6 tahun. Dalamsatusekolahdasarterdapatsekitar 30hingga 40 orang siswa.
Di
Jepang, setiapanak yang sudahmenginjakusia SD
sudahditentukandimanadiaharusbersekolah berdasarkanalamattempattinggalnyadisuatudistrik.
Dengan kata lain, setiap orang tuatidakbolehmenyekolahkananaknyakedistrik yang
lain kecualiuntuksekolahswasta.
Kurikulumsekolah
di Jepangmengikutitigaaspek, yaitu subjects ( kamoku), pendidikan moral (dotokukyoiku),
danekstrakurikuler.
Pendidikan moral di Jepangberupabimbingandankonselingselamasatu jam
pelajarandalamseminggu yang dilakukanoleh guru walikelas.
Tidakadapenilaianataunilairaporuntukmatapelajaranini.
EkstrakurikulerberupakegiatanOlahraga, seni, kegiatan OSIS atauEvent
sekolah.Kurikulumpendidikansekolahasal di Jepangdan di Indonesia
jauhberbeda.Untuksiswa SD kelas 1-3, bobotkegiatanolahragasangatbesar, hamper
tiapharimatapelajaranolahragadiberikanuntukkegiatanakademikberlagsungdaripukul
8 pagisampai 3 sore dandiselingiistirahatdanmakansiangbersama. Dan
kebanyakansiswa SD tidaklangsungpulang, tetapimerekamengikutikegiatanatauaktivitassekolahatauekstrakulikuler.Hampir
50% siswakelas 5 dan 6 pergikejuku
(semacam les) setelahpulangdarisekolah.
WAKTU
|
KEGIATAN
|
8.30 – 8.45
|
Apel
pagi
|
8.45 – 9.30
|
Kelas pertama
|
9.40 – 10.25
|
Kelas
kedua
|
10.45 – 11.30
|
Kelas Ketiga
|
11.40 – 12.25
|
Kelas
keempat
|
12.25 – 13.05
|
Makan siang
|
13.05 – 13.25
|
Istirahat
|
13.25 – 13.45
|
Membersihkan Kelas
|
13.45 – 14.20
|
Kelas
Kelima
|
14.35 – 15.20
|
Kelas Keenam
|
15.20 – 15.30
|
Pemberian
Tugas (PR)
|
15.30 – 17.00
|
Kegiatan
Ekstrakurikuler
|
Kegiatan belajar siswa tidak hanya dalam ruangan. Secara
berkala diadakan kegiatan kunjungan ke tempat bersejarah, lahan
pertanian/perkebunan untuk belajar memetik teh, jeruk, menggali umbi-umbian
bahkan belajar menanam padi di sawah. Untuk melatih kemandirian siswa juga
diajarkan bagaimana cara naik kereta (densha).
Selain itu, diadakan juga kegiatan wawancara kepada orang-orang tertentu
sebagai narasumber dan kemudian mereka diberi tugas membuat
penelitian-penelitian kecil untuk dipresentasikan di depan kelas.
Akhir semester orang tua siswa diundang ke sekolah untuk bertemu
satu-persatu dengan guru kelasnya. Guru kelas memberikan informasi tentang
aktivitas belajar anak, meliputi interaksi dengan teman sekelasnya, teman
dekatnya, keterampilan mampun kemampuan di sekolah. Selain itu, kegiatan yang
disebut “jugyosanka” di mana orang
tua siswa diperbolehkan ikut bersama dengan anaknya dalam ruang kelas untuk
belajar dan berpartisipasi selama jam pelajaran tertentu.
3)
Sekolah Menengah
Sebelum tahun 1947, sistem pendidikan untuk Sekolah Menengah
dan Atas di Jepang berkisar selama 5 (lima) tahun untuk Sekolah Menengah dan 2
(dua) tahun untuk Sekolah Atas, tetapi setelah perang tepatnya tahun 1947
berubah menjadi masing-masing 3 tahun. Seperti halnya SD, anak usia SMP pun
harus masuk sekolah yang telah disediakan di daerahnya. Hal ini terkait karena
untuk SD ataupun SMP negeri di Jepang gratis dan tanpa tes. Siapapun, anak-anak
wajib masuk ke Sekolah sampai jenjang SMP (wajib belajar 9 tahun). Selain SMP
negeri ada juga SMP swasta yang biasanya iuran sekolahnya sangat mahal dan harus
mengikuti tesnya yang lumayan berat.
Kegiatan sekolah dimulai dari pukul 8.50 pagi dan selesai
sekitar jam 4 sore setiap harinya. Makan pun biasanya disediakan dalam pihak
sekolah. Setiap hari setelah selesai pelajaran para siswa membersihkan ruangan
masing-masing bersama-sama dengan guru. Setelah itu, para siswa mengikuti
ekstrakurikuler. Mulai dari olahraga (basket, baseball, bola voli, dsb), musik, melukis dan beberapa
ekstrakurikuler lainnya. Dan baru pulang kerumah sampai jam 7 – 8 malam. Untuk
kegiatan ekstrakurikuler ini ditarik bayaran sesuai dengan kebutuhan. Misalnya,
baju seragam olahraga, sepatu, dll.
Mata pelajaran SMP di Jepang dari Bahasa Inggris (eigo), IPS (shakai), IPA (rika),
Bahasa Jepang (kokugo), Olahraga (tai iku), Musik (Onggaku), Matematika (Shugaku),
Kesenian dan Keterampilan, mulai dari menjahit, memasak, membuat rak buku, dan
sebagainya.
Di tingkat SMP dan SMA, terdapat 2 kali ujian, yaitu Ujian
Tengah Semester (chuukan tesuto) dan
Ujian Akhir Semester (kimatshu tesuto).
Di beberapa prefektur Ujian Akhir dilaksanakan serentak selama 3 hari, dengan
materi ujian dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan dari
setiap siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil ujian akhir, tetapi akumulasi
dari nilai tes sehari-hari, ekstrakurikuler, Ujian Tengah Semester dan Ujian
Akhir Semester. Dengan sistem seperti ini, hampir 100% siswa naik kelas atau
dapat lulus.
Siswa lulusan SMP dapat memilih 2 SMA yang diminatinya,
tetapi mereka harus mengikuti Ujian masuk SMA yang dibuat oleh Educational Board di setiap prefektur.
SMA dikelompokkan dengan pengelompokkan A, B. Pengelompokkan tersebut dibuat
dalam proses memilih SMA. Setiap siswa dapat memilih 1 sekolah di kelompok A
dan 1 sekolah di kelompok B jika siswa lulus dalam kelompok A, maka secara
otomatis dia gugur dari kelompok B.
Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang
tua atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani
konsultasi dalam memilih Sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh
Jepang dengan bidang studi yang sama, yaitu Bahasa Jepang, Bahasa Inggris,
Matematika, Ilmu Sosial, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Karena SMA bukan merupakan
wajib belajar maka dalam tingkat ini, siswa dapat memilih sekolah di distrik
atau di daerah lain.
4)
Sekolah Menengah Atas
Siswa SMA di Jepang
tidak mengikuti Ujian Kelulusan secara nasional, tetapi mengikuti ujian yang
diadakan oleh prefektur tempat di mana sekolah itu berada. Hal tersebut
dikarenakan angka Drop Out siswa SMA
meningkat di tahun 1990-an sehingga kelulusan hanya berdasarkan dari ujian
harian saja.
Untuk masuk
Universitas, siswa lulusan SMA diharuskan mengikuti ujian masuk Universitas
yang berskala nasional. Ini yang dianggap (jigoku=
neraka) oleh sebagian besar siswa SMA. Sebagian dari mereka memilih untuk belajar
di Juku (les/bimbingan belajar) untuk
dapat lulus dari Ujian masuk Universitas. Ujian masuk PT dilakukan 2 tahap.
Pertama secara nasional di mana soal Ujian disusun oleh kementerian Pendidikan
dalam mata pelajaran yang diujikan, terdiri dari 5 (lima) mata pelajaran.
Selanjutnya siswa harus mengikuti Ujian Masuk yang dilakukan oleh masing-masing
Universitas, tepatnya Ujian Masuk di setiap fakultas. Skor kelulusan adalah
akumulasi dari Ujian masuk nasional dan Ujian dari setiap PT. Seperti halnya di
Indonesia, Skor hasil SNMPT tidak diumumkan, tetapi jawaban Ujian diberitakan
melalui koran, TV atau Internet, sehingga siswa dapat mengira-ngira sendiri
berapa total skor yang didapat.
Siswa yang memilih
Universitas dengan skor tinggi tetapi skornya tidak memadai, dapat mengacu ke
pilihan universitas ke-2. Namun jika skornya tidak mencukupi maka siswa tidak
dapat masuk Universitas. Selanjutnya dia dapat mengikuti Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Swasta/menjalani masa Ronin
(menyiapkan diri untuk mengikuti Ujian Masuk di tahun berikutnya ) di yobiko.
Penilaian mutu
pendidikan di Jepang, dilakukan dengan menstandarkan Ujian Masuk SMA dan
Perguruan Tinggi. Sistem ini dapat berjalan karena pemerintahan di Jepang
berusaha maksimal untuk menyamakan kondisi pendidikannya, dalam arti
menyediakan infrastruktur yang sama untuk setiap jenjang pendidikan di daerah.
Pendidikan tingkat ini terbagi atas 3 jenis
kelas :
A. Full Time
Berlangsung
selama 3 tahun penuh, sesuai dengan Sekolah Menengah Atas pada umumnya dan
rata-rata siswa Jepang memilih pendidikan Full Time seperti ini. Siswa dituntut
harus mengikuti 80 kredit mata pelajaran, siswa kelas satu harus mengikuti mata
pelajaran wajib, sedangkan untuk siswa kelas dua dan tiga diperbolehkan memilih
4 mata pelajaran wajib ditambah 14 kredit mata pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya pada perencanaan karier masa depannya.
B. Part Time
Pendidikan
ini diberikan pada waktu malam hari disesuaikan dengan waktu yang dimiliki
mahasiswa yang mengikuti kerja part time dan dianggap setara dengan Diploma dan
memakan waktu lebih dari 3 tahun. Jenis pendidikan ini hanya berlaku di
universitas pada kelas-kelas karyawan seperti di Indonesia. Part Time pada
pendidikan Jepang terbagi menjadi dua kelas yaitu:
● Daytime Part Time Course
Siswa
dinyatakan lulus apabila telah mengambil mata kuliah sebanyak 74 kredit. Dalam
menempuh pendidikan tersebut siswa dapat menghabiskan waktu selama empat hingga
6 tahun dibangku sekolah, mata pelajaran yang ditawarkan berupa mata pelajaran
berupa pilihan dengan sistem belajar menyerupai pola pembelajaran di
universitas dimana siswa tersebut menentukan sendiri mata pelajaran yang akan
diambil pada setiap semesternya. Sehingga jenis pendidikan ini dapat dikatakan
setara dengan Diploma.
●Evening Part Time
Course
Siswa
dinyatakan lulus apabila telah menempuh 74 kredit mata pelajaran sama seperti
pendidikan Daytime Part Time Course dengan lama waktu pendidikan sekitar tiga
hingga 4 tahun. Jenis pendidikan ini diperuntukan bagi siswa yang bekerja pada
siang hari sehingga siswa dapat mengambil kelas pada waktu sore ataupun malam
disesuaikan dengan waktu kerjanya.
C. Correspondence
Jenis
pendidikan ini merupakan kombinasi antara Full Time dan Part Time dengan
menawarkan cara pembelajaran yang khas yaitu siswa tidak perlu setiap hari
menghadiri pelajaran dikelas dan cukup hadir tiga kali dalam satu bulan dengan
kredit yang harus dikumpulkan sebanyak 74 kredit, course ini juga diperuntukan
bagi siswa yang hanya ingin sekedar belajar dan meningkatkan pengetahuan tanpa
berniat untuk mendapatkan ijazah atau kelulusan. Rata-rata yang mengambil
course ini siswa-siswa yang berusia sekitar 15-30 tahun.
Tugas siswa pada course ini lebih ditingkatkan pada
pembelajaran sendiri dirumah. Siswa diberikan tugas-tugas yang diselesaikan
dirumah berdasarkan buku panduan, dengan tetap mengikuti ujian pada tiap-tiap
semester. Tugas membuat laporan menentukan nilai siswa tersebut dan tugas
dikirimkan melalui pos ke sekolah dan guru akan segera menilai hasil pekerjaan
yang dibuat oleh siswa-siswanya. Setelah pemeriksaan guru akan mengirim balik
hasil tugas tersebut disertai dengan penilaian. Untuk mendaftar pada jenis
pendidikan ini setiap calon siswa harus mengikuti tes.
Jurusan pada SMA di
Jepang dikategorikan kedalam beberapa jenis yaitu jurusan umum (akademis),
pertanian, teknik, perdagangan, perikanan, ekonomi, dan perawatan. Semua jursan
tersebut disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di negara tersebut.
5)
Perguruan Tinggi
Pada zaman sebelum
perang dunia II, jumlah perguruan tinggi di Jepang sangat sedikit dan yang
mengikuti pendidikannya pun terbatas hanya dari golongan elit saja. Tetapi
setelah tahun 1960, banyak orang Jepang yang melanjutkan pendidikannya ke
Perguruan Tinggi sehingga perguruan tinggi pada waktu itu menjadi sesuatu yang
lumrah. Bersamaan dengan itu, jumlah perguruan tinggi pun bertambah dengan
pesat tanpa memperhatikan fasilitas ataupun kondisi sehingga banyak perguruan
tinggi yang fasilitasnya tidak mencukupi atau perguruan tinggi yang sempit.
Selain itu, biaya pun lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kebanyakan orang
bilang bahwa Universitas di Jepang sulit masuknya, tetapi mudah lulusnya. Hal
ini disebabkan karena tingkat persaingan untuk masuk ke Universitas yang
diharapkan, biasanya merupakan Universitas ternama yang sangat sulit.
Masyarakat Jepang dikenal dengan sebutan gakurekishakai
di mana masyarakatnya memiliki pola pikir apabila masuk ke sekolah-sekolah terbaik
maka masa depan mereka cerah karena akan dapat bekerja di perusahaan yang
bagus. Inilah yang menyebabkan setiap orang Jepang mengharapkan dan
menginginkan masuk ke sekolah ternama. Inilah yang menyebabkan persaingan untuk
masuk ke Universitas ternama sangat sulit.
Lulus dari sebuah perguruan tinggi di
Jepang dapat dibilang mudah, karena tanpa susah payah SKS yang diperlukan untuk
lulus dapat diperoleh. Sehingga muncullah sebutan-sebutan untuk Universitas di
Jepang misalnya jinsei no ichidai kyuukeijo
(tempat beristirahat sekali dalam seumur hidup), jinsei no moratoriamu (moratorium dalam hidup), rela-rando/resort land (tempat rekreasi), shuushoku
e no tsuukaten (tempat peralihan sebelum masuk ke dalam masyarakat), dan
sebagainya.
Seperti di Indonesia,
perguruan tinggi di Jepang terdiri dari perguruan tinggi negeri dan swasta.
Perguruan tinggi swasta lebih banyak dibanding perguruan tinggi negeri. Hampir
sekitas 75% perguruan tinggi yang ada di Jepang merupakan perguruan tinggi
swasta. Tetapi bantuan dari pemerintah terhadap perguruan tinggi swasta tahun
demi tahun berkurang. Oleh karena itu perguruan tinggi swasta menaikkan biaya
kuliah dan melaksanakan usaha-usaha yang bisa mendatangkan keuntungan.
Pada tahun 2002,
dari 99 PTN yang ada, turun menjadi 60. Tetapi karena berkembangnya tanki daigaku (D2) menjadi S1 dan juga
bertambahnya perguruan tunggu baru maka pada tahun 2005 jumlah perguruan tinggi
di Jepang mencapai 702 perguruan tinggi. Penduduk Jepang yang berusia 18 tahun
terus mengalami penurunan dari 2.050.000 pada tahun 1991 menjadi 1.370.000 pada
tahun 2005 akibatnya ada beberapa perguruan tinggi yang mengalami kebangkrutan.
Sekarang ini warga
Jepang yang melanjutkan ke perguruan tinggi kita-kita 49%, kira-kira satu dari
dua orang anak melanjutkan ke perguruan tinggi. Persentase ini 30% lebih tinggi
dibandingkan masa orang tua mereka. Ini dikarenakan jumlah anak dalam satu
keluarga Jepang sedikit sehingga orang tua leluasa membiayai mereka sampai ke
perguruan tinggi. Di samping itu karena krisis moneter maka jumlah lulusan SMA
yang bekerja menurun dan selain itu kesadaran akan pentingnya meneruskan ke
perguruan tinggi pun semakin tinggi.
Ada tiga jenis
pendidikan pada Perguruan Tinggi Jepang :
A. Universitas
Pada universitas
terdapat pendidikan untuk menempuh gelar sarjana S1 bergelar Bachelor’s Degree
ditempuh selama 4 tahun (untuk mahasiswa kedokteran dan dokter gigi menempuh
pendidikan selama 6 tahun) dan Pascasarjana S2 Master’s Degree ditempuh selama
2 tahun dan S3 Doctor’s Degree ditempuh selama 5 tahun.
B. Junior College
Membutuhkan waktu
sekitar tiga hingga 4 tahun masa pendidikan bagi para lulusan SMA. Junior
College cukup memenuhi setengah dari kredit yang harus ditempuh Bachelor’s
Degree. Calon-calon mahasiswa Universitas dan Junior College dipilih
berdasarkan hasil ujian serta prestasi calon-calon mahasiswa ketika berada di
SMA. Untuk universitas negri calon-calon mahasiswa dipilih berdasarkan dua
tahap penyeleksian yaitu tes gabungan kecakapan dan ujian masuk universitas
sebagai tahap akhir penyeleksian.
C. Technical College
Dapat diambil bagi
calon mahasiswa yang tamat pendidikan SMP. Technical College menghasilkan
lulusan-lulusan tenaga teknisi.
Bagi mahasiswa
asing disajikan lima jenis pemilihan pendidikan yaitu :
1. Program Sarjana : Ditempuh selama 4 tahun
seperti pendidikan pada universitas reguler umumnya sedangkan jurusan
kedokteran harus menempuh pendidikan selama 6 tahun.
2. Pascasarjana : Terdiri atas program Master,
Doktor, Mahasiswa Peneliti (mahasiswa yang diizinkan selama satu semester
ataupun 1 tahun melakukan penelitian tanpa memperoleh gelar), Mahasiswa
Pendengar, dan Pengumpul Kredit mata kuliah.
3. Diploma : Menempuh pendidikan selama 2 tahun.
60% dari program ini diperuntukkan bagi pelajar perempuan dan mengajarkan
bidang-bidang seperti kesejahteraan keluarga, sastra, bahasa, kependidikan,
kesehatan, dan kesejahteraan.
4. Special Training Academy : Merupakan lembaga
pendidikan yang mengajarkan bidang-bidang khusus seperti ketrampilan dalam
membuka usaha dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan lama pendidikan
1-3 tahun.
5. Sekolah Kejuruan :
Program khusus bagi tamatan SMP dengan masa pendidikan 5 tahun dengan tujuan
menghasilkan teknisi-teknisi yang handal dan mau mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan zaman.
2.6
LEMBAGA PENGELOLA
Pendidikan di
Jepang dipegang tiga lembaga pengelolaan yaitu :
1.
Pemerintah Pusat
2.
Pemerintah Daerah
3.
Swasta.
Dengan sistem
admistrasi pendidikan dibangun atas empat tingkatan yaitu :
1.
Sistem administrasi pusat
2.
Sistem administrasi prefectural (Provinsi dan Kabupaten)
3.
Sistem administrasi municipal (Kabupaten dan Kecamatan)
4.
Sistem administrasi sekolah.
Masing-masing sistem administrasi tersebut
memiliki tingkatan dan perananya dan kewenangannya masing-masing untuk saling
mengisi dan berkerjasama dalam mengatur setiap sistem administrasi pada
pendidikan Jepang. Di samping itu terjalin kohesi yang baik antara pemerintah,
kepala sekolah, guru, murid dan orang tua sehingga dukungan terhadap
perkembangan dan kemajuan pendidikan berlangsung dengan baik.
Selain itu bisa dikatakan bahwa sistem
pendidikan pada negara Jepang memiliki kemiripan pada sistem pendidikan di
negara kita dimana jenjang pendidikannya melalui 4 tahap secara umum yaitu
6-3-3-4 artinya siswa harus melewati 6 tahun untuk tahap pendidikan dasar, 3
tahun Sekolah Menengah Pertama, 3 tahun Sekolah Menengah Atas, 4 tahun
Perguruan Tinggi. Hal tersebut dikarenakan karena negara kita merupakan negara
bekas jajahan Jepang sehingga sebagian sistem pendidikan negara Jepang masih
diterapkan di negara kita dengan sedikit perubahan dimana negara kita lebih
memfokuskan pada pelajaran logika dan penilaian hasil akhir semester sebagai
penentu kelulusan siswa sedangkan di negara Jepang lebih difokuskan pada
pengembangan watak kepribadian dalam kaitannya terhadap kehidupan sehari-hari
dan penilaian ditentukan oleh guru/dosen kelas dengan melihat kinerja belajar
siswa sehari-hari sebagai penentu kelulusan.
2.7 REFORMASI PENDIDIKAN JEPANG
Menurut Hara Kiyoharu (2007),
reformasi pendidikan di Jepang telah berlangsung tiga kali yaitu, reformasi
pada masa restorasi Meiji, reformasi
sesudah PD II, dan reformasi menuju abad 21.
Reformasi pertama pada masa Meiji
(1872-1890) membawa pendidikan di Jepang memasuki masa modern dengan
diterapkannya sistem persekolahan yang terstruktur dan kesempatan luas bagi
warganegara untuk mengakses pendidikan. Tetapi pendidikan pada masa ini masih
terkotak-kotak antara pendidikan elitis dan pendidikan orang kebanyakan.
Selanjutnya pada era Taishō
(1912-1926) diperkenalkan pula pendidikan liberal yang dipengaruhi oleh paham
liberalism yang berkembang di Amerika.
Reformasi sesudah perang intinya
adalah penerapan wajib belajar dan penerapan pendidikan demokratis. Dengan
adanya pembaharuan ini, jumlah siswa yang dapat mengakses pendidikan dasar
meningkat dan pendidikan telah berubah dari pendidikan elit menuju pendidikan
massal.
Reformasi ketiga dirancang oleh Chuuoukyouikusingikai
dan Rinjikyouikusingikai, yaitu Tim Khusus yang ditunjuk oleh Perdana
Menteri untuk membantu mencarikan pemecahan permasalahan pendidikan yang akan
diusulkan kepada PM dan diterapkan oleh Menteri Pendidikan. Tahun 2001
Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di
Jepang yang disebut sebagai “Rainbow Plan”.
1. Mengembangkan kemampuan dasar
scholastic siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan
yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan IT
dalam proses belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional
2. Mendorong pengembangan
kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui aktifnya
siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran moral di
sekolah
3. Mengembangkan lingkungan belajar
yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra
kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya
4. Menjadikan sekolah sebagai
lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat. Tujuan ini
dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri, dan evaluasi
sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite sekolah yang
beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan
permintaan masyarakat setempat.
5. Melatih guru untuk menjadi tenaga
professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian
penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana
kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru
yang kurang cakap di bidangnya.
6. Pengembangan universitas bertaraf
internasional
7. Pembentukan filosofi pendidikan
yang sesuai untuk menyongsong abad baru, melalui reformasi konstitusi
pendidikan kyouiku kihon hou) (MEXT, 2006).
Perubahan Jepang menjadi negara
industri membawa dampak yang sangat besar dalam masyarakatnya. Negara Jepang
yang mengalami kekalahan dalam PD II dan pada dasarnya tidak memiliki sumber
daya alam yang memadai terpacu untuk membangun negerinya secara besar-besaran.
Dapat dikatakan bahwa generasi kunci kemajuan Jepang adalah generasi yang lahir
pada masa perang, atau kira-kira berumur 25-30 tahunan pada tahun 60-70an.
Mereka mewarisi jiwa gambarism pendahulunya yang sukses menaklukkan
beberapa negara di Asia.
Era 60-an ditandai pula sebagai era shinkansen, transportasi super cepat.
Rel-rel dibangun melintasi wilayah Jepang sekalipun pada waktu itu banyak
sekali protes dari masyarakat. Tetapi proyek shinkansen akhirnya membawa kemajuan ekonomi Jepang semakin pesat,
sekaligus meningkatnya kompetisi dalam masyarakat Jepang yang semula dikenal
sangat homogen.
2.8
MASALAH DALAM PENDIDIKAN JEPANG
Setelah perang
dunia, perekonomian Jepang tumbuh dengan pesat dan pendidikan di Jepang pun
mulai menjadi sorotan dunia. Tetapi setelah tahun 1980 masalah pendidikan
seperti kekerasan di lingkungan sekolah (konai
boryoku), berhenti sekolah (futoko),
ijime, gakkyuuhokai, dan kejahatan
yang dilakukan oleh anak-anak menjadi masalah sosial yang sangat serius.
a.
Gakkyu Hokai
Yang dimaksud dengan gakkyu
Hokai bukan kondisi di mana siswa berlalu jalan-jalan ke sana ke sini
ketika kuliah berjalan sehingga kuliah tidak berjalan, tetapi kondisi kelas
yang tidak tertib yang disebabkan oleh hubungan kepercayaan antara siswa dan
guru yang tidak begitu baik.
Meningkatnya kasus bullying (ijime), bunuh diri, Drop Out
di sekolah-sekolah, menyebabkan kepercayaan kepada guru merosot tajam.
Berdasarkan hasil survei dan evaluasi kementerian pendidikan (MEXT) diketahui
bahwa sebagian besar guru non-profesional adalah guru-guru senior, sekitar
40-50 tahun ke atas.
Karena tingginya
angka ketidakprofesionalan di kalangan guru senir, maka dirancanglah sebuah
kebijakan yang bermaksud memperbaiki ketidakmampuan tersebut. Kebijakan yang
dikenal sebagai shinmenkyo seido (new license system) yang mewajibkan guru
untuk mengikuti sejumlah pelatihan yang diadakan dan dibiayai oleh MEXT atau The Board of Education di tingkat daerah
setiap 10 tahun sekali.
Salah satu kebijakan
lain yang berkaitan dengan profesionalisme guru adalah keinginan pemerintah
Jepang untuk membuat semakin banyak guru memiliki Master Degree. Saat ini terdapat 1.4% guru SD bergelar Master, 2.7%
guru SMP, dan 10.6% guru SMA memiliki gelar Master.
Program-program baru
dibuka di Universitas untuk memfalisitasi rencana ini, dengan membuka kelas
malam yang memungkinkan para guru untuk tetap aktif mengajar di sekolah
masing-masing juga berkesempatan untuk mengikuti perkuliahan di Universitas.
Beberapa guru dikirim atas biaya pemerintah daerah, namun sebagian besar guru
belajar atau inisiatif pribadi.
b.
Futoko
Meskipun
pendidikan Jepang adalah wajib sampai kelas sembilan (SMP), ada siswa yang
tidak mau atau tidak bisa pergi ke sekolah sehingga mereka absen di sekolah
dalam waktu yang lama, kondisi inilah yang disebut Futoko. Pada umumnya yang menjadi penyebab diantaranya faktor fisik
seperti penyakit, ijime (kekerasan
yang dilakukan oleh siswa lain), dan isu-isu pendidikan lainnya seperti
kegagalan akademis dan menurunnya daya tarik dari sekolah.
c.
Ijime
Ijime merupakan
suatu tindakan penganiayaan secara mental bahkan fisik kepada seseorang,
biasanya banyak terjadi di SD. Siswa yang di ijime biasanya akan kehilangan kepercayaan diri, enggan pergi ke
sekolah, karena diasingkan oleh teman-temannya, bahkan lebih parah lagi dia
akan nekat melakukan bunuh diri. Siswa yang paling mudah untuk di ijime biasanya mereka yang dianggap
berbeda di antara teman-temannya, seperti pemalu dan pendiam atau secara fisik
terlihat berbeda, misalnya anak orang asing atau bahkan anak keturunan asing.
Kasus ijime di Jepang menjadi masalah serius
karena efek dari penganiayaan psikis ini seperti mengolok-olok, mencemooh,
diasingkan sendiri, bisa berakibat trauma, dan paranoid dalam skala yang
berkepanjangan dan tiada akhir, kasus bagi siswa yang terkena ijime ini biasanya tidak berpikir
panjang dan banyak yang memilih untuk bunuh diri.
2.9 HUBUNGAN INTERNASIONAL PENDIDIKAN
DI JEPANG
Pendidikan umum di
Jepang tentang dunia internasional itu sangatlah minim dimana mereka tidak
diajarkan bahasa asing yang benar sesuai standar, peta dunia, sejarah dunia,
politik, ekonomi, dsb. Pendidikan mereka hanya berpusat di Jepang saja. Kalau
pun orang Jepang mengetahui tentang dunia luar, itu hanya orang yg sering
keluar negeri, kuliah bahasa asing/internasional, yg jumlahnya sedikit. Sejarah
mereka pun ada yg tidak sebenarnya (ditutup-tutupi). Contohnya mereka tidak
mengetahui kalau mereka pernah menjajah bangsa asing yaitu Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tujuan pendidikan
Jepang lebih mengarah pada pengembangan kepribadian individu secara utuh,
menanamkan jiwa yang bebas dan bertanggungjawab, bertoleransi untuk menghargai
antar individu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip pendidikan yang ada di
negara Jepang lebih bersifat humanis bekaitan dengan kehidupan
sehari-hari dan ilmunya benar-benar real
dapat diaplikasikan dan dibutuhkan di kehidupan nyata.
Negara Jepang
merupakan negara yang sukses dalam memajukan pendidikannya terlihat pada
pengaturan sistem pendidikannya yang tertata dengan baik dimana seluruh
lembaganya bekerjasama dan melaksanakan peranannya masing-masing secara optimal
mulai dari lembaga administrasi, lembaga pendidikan, lembaga pengawas kurikulum
dll. Serta adanya dukungan yang baik antara pemerintah, kepala sekolah, guru,
murid dan orang tua yang turut berperan terhadap majunya pendidikan di negara
tersebut. Kerjasama yang baik antar seluruh komponen negara inilah yang mampu
membawa kesuksesan negara Jepang hingga mampu mencapai seluruh tujuan-tujuan
pendidikan yang dicanangkannya kurang dari 25 tahun dan tercatat sebagai negara
dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia, sungguh prestasi yang
mengagumkan.
Pendidikan wajib
yang diberikan secara gratis di negara tersebut menandakan bahwa pemerintahan
disana memang amat memperdulikan Sumber Daya Manusia di negaranya dan menjadi
bukti bahwa sistem administrasi negara Jepang memang berjalan dengan baik dan
bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan negaranya termasuk memfasilitasi
sarana dan prasarana yang bermutu dalam proses belajar mengajar.
Budaya disiplin
waktu dan kerja keras negara Jepang yang sejak dahulu diajarkan dari
leluhur-leluhur mereka selalu mereka tanamkan di dalam kehidupan sehari-hari
turut berpengaruh pada kemajuan negara ini.
Kesuksesan dari negara maju inilah
yang patut kita contoh bagi negara kita dimana harus ada kerjasama yang baik
antar berbagai sistem yang ada di negara terutama sistem pendidikan yang
kaitannya dengan peningkatan kualitas manusia. Apabila sistem-sistem tersebut
berjalan dengan baik maka kemajuan suatu negara akan tercapai dan yang teramat
penting perlu adanya pembinaan moral yang baik dalam setiap individu-individu
suatu negara karena awal dari kesuksesan diawali dari karakteristik pribadi
suatu bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
https://scola.wordpress.com/2007/12/15/perkembangan-kurikulum-pendidikan-sains-di-jepang/
Diunggah tanggal 2 Juni 2015
http://catatantanti.blogspot.com/2012/12/kurikulum-matematika-di-jepang.html Diunngah tanggal 2 Juni 2015
PERTANYAAN
1.
(Dewi Anggraini)
Jelaskan 3 jenis perguruan tinggi di Jepang?
- (Esti Suryani Putri)
Jelaskan masalah pendidikan yag
terjadi di Jepang?
Jawab
1.
A.
Universitas
Pada
universitas terdapat pendidikan untuk menempuh gelar sarjana S1 bergelar
Bachelor’s Degree ditempuh selama 4 tahun (untuk mahasiswa kedokteran dan
dokter gigi menempuh pendidikan selama 6 tahun) dan Pascasarjana S2 Master’s
Degree ditempuh selama 2 tahun dan S3 Doctor’s Degree ditempuh selama 5 tahun.
B.
Junior College
Membutuhkan
waktu sekitar tiga hingga 4 tahun masa pendidikan bagi para lulusan SMA. Junior
College cukup memenuhi setengah dari kredit yang harus ditempuh Bachelor’s
Degree. Calon-calon mahasiswa Universitas dan Junior College dipilih
berdasarkan hasil ujian serta prestasi calon-calon mahasiswa ketika berada di
SMA. Untuk universitas negri calon-calon mahasiswa dipilih berdasarkan dua
tahap penyeleksian yaitu tes gabungan kecakapan dan ujian masuk universitas
sebagai tahap akhir penyeleksian.
C. Technical
College
Dapat
diambil bagi calon mahasiswa yang tamat pendidikan SMP. Technical College
menghasilkan lulusan-lulusan tenaga teknisi.
2.
a. Gakkyu Hokai
Yang
dimaksud dengan gakkyu Hokai bukan
kondisi di mana siswa berlalu jalan-jalan ke sana ke sini ketika kuliah
berjalan sehingga kuliah tidak berjalan, tetapi kondisi kelas yang tidak tertib
yang disebabkan oleh hubungan kepercayaan antara siswa dan guru yang tidak
begitu baik.Meningkatnya kasus bullying
(ijime), bunuh diri, Drop Out di sekolah-sekolah, menyebabkan
kepercayaan kepada guru merosot tajam.
b. Futoko
Meskipun
pendidikan Jepang adalah wajib sampai kelas sembilan (SMP), ada siswa yang
tidak mau atau tidak bisa pergi ke sekolah sehingga mereka absen di sekolah
dalam waktu yang lama, kondisi inilah yang disebut Futoko. Pada umumnya yang menjadi penyebab diantaranya faktor fisik
seperti penyakit, ijime (kekerasan
yang dilakukan oleh siswa lain), dan isu-isu pendidikan lainnya seperti
kegagalan akademis dan menurunnya daya tarik dari sekolah.
c. Ijime
Ijime merupakan
suatu tindakan penganiayaan secara mental bahkan fisik kepada seseorang,
biasanya banyak terjadi di SD. Siswa yang di ijime biasanya akan kehilangan kepercayaan diri, enggan pergi ke
sekolah, karena diasingkan oleh teman-temannya, bahkan lebih parah lagi dia
akan nekat melakukan bunuh diri. Siswa yang paling mudah untuk di ijime biasanya mereka yang dianggap
berbeda di antara teman-temannya, seperti pemalu dan pendiam atau secara fisik
terlihat berbeda, misalnya anak orang asing atau bahkan anak keturunan asing.
Kasus
ijime di Jepang menjadi masalah
serius karena efek dari penganiayaan psikis ini seperti mengolok-olok,
mencemooh, diasingkan sendiri, bisa berakibat trauma, dan paranoid dalam skala
yang berkepanjangan dan tiada akhir, kasus bagi siswa yang terkena ijime ini biasanya tidak berpikir panjang
dan banyak yang memilih untuk bunuh diri.
0 Comments:
Posting Komentar