Jangan Tangisi
Keluarga Meninggal
Sekilas
dari judul yang penulis berikan memang agak memaksa kita berfikir dan menimbulkan
kontroversi,ya memang itulah yang akan kita kupas subuh ini.
Kita simak
dalam hadis bukhari-muslim berikut
“hai anak
adam,sesungguhnya kamu dilahirkan dalam keadaan menangis
Dan orang
disekitarmu teratawa senang (bahagia)
Maka rakuslah
akan amalan shaleh
Pada hadis
ini rasulullah berpesan kepada kita menganai tahapa kehidupan yang akan dan
pasti kita lalui,yaitu setelah hidup kita akan mati dan dibangkitkan kembali
untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan semasa hidup didunia.
Setiap kita,
ketika lahir menangis dan orang disekitar kita senang,kalaupun ada yang
menangis adalah tangisan kebaahgiaan.
Tapi esensi
bahasan kita kali ini bukan tentang kita harus rakus dengan amal shaleh seperti
yanga terteara pada hadis diatas,karana rakus dengan amal shaleh adalah suatu
keharusan.
Yang kita
bahas sekarang adalah sesuai dengan judul mengapa “Jangan Tangis Keluarga
Meninggal”
Ketika
keluarga kita atau orang yang berarti bagi kita pergi meninggalkan kita,hal
yang umum kita temui adalah kita menagisi kepergiannya,padahal sejatinya yang
kita lakukan adalah keegoisan kita masing masing,menagapa demikiaan? Simak kisah
berikut:
Seorang ahli
ibadah mengahadapi sakaratul maut,menjelang sakaratul maut pihak keluarga
tealah berkumpul di sekitar si ahli ibadah sambil menangis terisak,kemudian
terjadi dialog atara alhi ibadah ini denngan pihak keluarga:
Ahli ibadah:ayah knpa menangis?
Ayah : bagaimana tidak anaku,engkau sebagaipermata hati ayah
akan meninggalkan kami
Ahli ibadah: ibu kenapa menangis?
Ibu: bagaimana tidak anaku,engkau anakku satu satunya,dan
akan pergi meninggalkan kami
Ahli ibadah:istriku,kenpa menangis?
Istri: bagaimana tidak suamiku,engaku sebagai tempat kami
mengadu akan meninggalkan kami
Ahli ibadah:anaku,kenapa kalian menagis?
Anak: bagaiamana tidak ayah,kami akan jadi yatim dan tidak
ada tempat mengadu dan berlindung
Setelah mendengar
semua jawaban,sang ahli ibadahpun menangis,kemudian ditanya oleh ayahnya,anaku
kenapa engkau menagis? Bagaimana tidak ayah,kalian semua egois,kalian semua
hanya menagissi untuk diri kalian,apa yang kalian tangisi sejatinya hanya untuk
kepentingan kalian,sama sekali kalian tidak memikirkan apa yang akan aku hadapi
setelah kematianku ini,sudah cukupkah amalan ku,masih banyak kah dosaku,sudah
siapkah aku mempertanggung jawabkan apa yang aku perbuat semasa hidupku*****
Dari kisah
tadi semoga memberi sedikit ilmu bagi
kita bahwa kebanyakan dari kita ketika orang yang kita sayang dan cintai
meniggal yang kita tangisi bukanlah dirinya tapi yang kita tangisi sejatiya
adalah diri kita yang kehilangan,sedangkan ada hal yang lebih besar yang akan
mereka hadapi selepas kematiaannya dan ada hal yan lebih bermanfaat kita
lakukan selain menagisi s mayat, yaitu mendoakannya agar diampuni segala
kesalahan,
Boleh kita
menagisi simayat untuk mendoakan agar dia diampuni buka menangisi karna kita
kehilangan
Semogabermanfaat :)
0 Comments:
Posting Komentar