Pages

Subscribe:

Labels

BAB II
FALSAFAH HIDUP MASYARAKAT MELAYU

1.   Pengertian Falsafah

Bermula dari pengertian adalah sebuah atau sesuatu atau bagian dari sejarah bagaimana para tokoh-tokoh filosofi mengaplikasikan falsafah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Nama falsafah itu adalah kata arab yang berhubung erat dengan kata yunani, didalam bahasa Arab awalnya memang tidak ada, namun kemudian di jadikan sebagai bahasa arab yaitu Falsafah kemudian menjadi Tashowuf yaitu merupakan satu kesatuan dari falsafah. Adalah pengaruh dari peradaban yunani kuno, dalam bahasa Yunani falsafah yaitu Filosofia (Philosophia).

Dalam bahasa Yunani kata Filosofia itu merupakan majemuk yang terjadi dari Filo dan Sofia. Filo artinya “cinta” dalam arti seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin itu lalu berusaha mencapai yang diingini itu. Sofia artinya “kebijaksanaan”. Bijaksana inipun kata asing adapun artinya adalah pandai yaitu mengerti dengan mendalam. Dapat disimpulkan bahwa falsafah sama dengan sebuah keinginan untuk menggali sebuah kebenaran.

Secara terminologis, falsafah mempunyai arti yang berwarna-warna, sebanyak orang yang memberikan pengertian atau batasan. Berikut yang dikemukakan oleh senior falsafah:
1.      Plato (427 SM – 347 SM). Filosof Yunani yang terkenal, gurunya aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa falsafah adalah pengetahuan tentang segala yang ada; ilmu yang berminat untuk mencapai sebuah kebenaran yang asli.
2.      Aristoteles (381 SM – 322 SM) mengatakan bahwa falsafah adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu; methafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
3.      Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43 M) seorang politikus dan ahli pidato didaerah Romawi merumuskan falsafah sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4.      Al-Farabi (wafat 950M) seorang filosof muslim yang mengatakan bahwa falsafah atau falsafah adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya.
5.      Immanuel Kant (1724 M 1804 M) yang sering dijuluki raksasa pemikir Barat, mengatakan bahwa falsafah adalah merupakan ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi empat persoalan yaitu :
a.       Apakah yang dapat kita ketahui? Pertanyaan ini dijawab oleh metafisika.
b.      Apakah yang boleh kita kerjakan? Pertanyaan ini dijawab oleh etika.
c.       Sampai dimanakah pengharapan kita? Pertanyaan ini dijawab oleh agama.
d.      Apakah manusia itu? Pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.

Keempat soal itu adalah filsafi. Usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme, dan fenomenologi. Falsafah juga berarti bermacam-macam teori dan sistem pemikiran yang dikembangkan oleh para filosof besar seperti Socrates, Aristoteles dan lain-lain.

Falsafah  dari perkataan Greek : Philos berarti ‘ Cinta ’ Sophia berarti ‘ Bijaksana ’
Abdul Rahman Aroff dan Zakaria Kasa (Falsafah) Perkataan Yunani Tua : Philosophia bermaksud ‘ Cintakan kepada pengetahuan atau hikmah ’ Rumusan : Falsafah bukanlah hikmah itu sendiri tetapi cinta terhadap hikmah dan usaha mendapatkannya.

Pandangan Russel (1946) : ‘ Falsafah sebagai sesuatu di antara teologi (Ilmu ketuhanan dan agama) dan Sains (Fisikal dan Manusia).
Schofield ( 1972) : ‘ Falsafah sebagai proses menyoal ’ (Soalan berbentuk empirikal dan spekulatif ).

Howick ( 1971) Falsafah berusaha mencari pandangan yg. komprehensif mengenai manusia dan alam sejagat.
Siapakah Yang Berfalsafah ? Frost ( 1955) : Setiap orang apakah petani, pegawai bank, rakyat biasa atau pemimpin adalah ahli fahsafah dalam, artikata yang sebenar. Manusia berfikir dan membuka jalan untu berfalsafah. Sarifah Alwiah Alsagoff (1984) : Terdapat perbedaan orang biasa dgn. ahli falsafah, berfalsafah. Rumusan : Falsafah terletak di antara Sains dan Teologi. Soalan falsafah perlu kita bertafakur.

Persoalan Falsafah,  Siapakah saya ? Dari mana saya datang? Mengapa saya berada di sini ? Ke manakah akan saya pergi ? Bagaimanakah caranya bagi saya lalui kehidupan ini ?

Rumusan terhadap Falsafah Perspektif Sains : Falsaafah adalah satu kajian mengenai alam semula jadi dan maksud dunia sejagat serta kehidupan manusia. Perspektif dalam Teologi : Ini adalah satu set kepercayaan atau sikap terhadap kehidupan yang membimbing tingkah laku individu.

Mengapakah Falsafah itu penting ?
·                     Merupakan pandangan kita terhadap dunia.
·                     Menjadi azas kepada keputusan yang kita buat setiap hari.
·                     Mencari tahu tujuan dalam kehidupan.
Jujun S. Suriasumantri,orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di puncak bukit, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya, dia ingin menyimak kehadirannya dalam kesemestaan jagat raya

Harold H. Titus, pertanyaan seorang bocah yang menanyakan soal-soal luar biasa, seperti "bagaimana dunia ini bermula?", atau "benda-benda itu itu terbuat dari apa?", atau "apa yang terjadi pada seseorang jika ia mati?".

Kata filosofi (philosophy) berasal dari perkataan Yunani philos (suka, cinta) dan sophia
(kebijaksanaan). Jadi kata filosofi berarti cinta kepada kebijaksanaan.

Pertama, falsafah adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini merupakan arti yang informal tentang falsafah atau kata-kata "mempunyai falsafah", misalnya ketika seseorang berkata: "Falsafah saya adalah...", ia menunjukkan sikapnya yang informal terhadap apa yang dibicarakan.

Kedua, falsafah adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. Ini adalah arti yang formal dari "berfalsafah". Dua arti falsafah, "memiliki dan melakukan", tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu dari lainnya. Oleh karena itu, jika tidak memiliki suatu falsafah dalam arti yang formal dan personal, seseorang tidak akan dapat melakukan falsafah dalam arti kritik dan reflektif (reflective sense).

Ketiga, falsafah adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Falsafah berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsistententang alam. Seorang ahli falsafah ingin melihat kehidupan, tidak dengan pandangan seorang saintis,
seorang pengusaha atau seorang seniman, akan tetapi dengan pandangan yang menyeluruh, mengatasi pandangan-pandangan yang parsial.

Keempat, falsafah adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Memang ini merupakan fungsi falsafah. Hampir semua ahli falsafah telah memakai metoda analisaserta berusaha untuk menjelaskan arti istilah-istilah dan pemakaian bahasa.  Tetapi ada sekelompok ahli falsafah yang menganggap hal tersebut sebagai tugas pokok dari falsafah bahkan ada golongan kecil yang menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya fungsi yang sah dari falsafah.

Kelima, falsafah adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat
perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli falsafah. Falsafah mendorong penyelidikannya sampai kepada soal-soal yang paling mendalam dari eksistensi manusia. Sebagian dari soal-soal falsafah pada zaman dahulu telah terjawab dengan jawaban yang memuaskan kebanyakan ahli falsafah. Problema-problema falsafah tidak dapat dipecahkan dengan sekedar mengumpulkan fakta-fakta. Untuk mencapai tujuan tersebut, metoda dasar untuk penyelidikan falsafah adalah metoda dialektika. Proses dialektika adalah dialog antara dua pendirian yang bertentangan. Metoda dialektika berusaha untuk mengembang-kan suatu contoh argumen yang di dalamnya terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling mempengaruhi.

Seperti dikemukakan oleh Pang S. Asngari (2001) bahwa falsafah itu memberikan arah dan merupakan pedoman bagi suksesnya kegiatan yang dilaksanakan. Selanjutnya dikemukakan bahwa filosofi dalam bahasa Yunani, berarti cinta akan kebenaran (love of wisdom). Untuk memperoleh kebenaran tersebut perlulah disusun informasi secara tertib dan sistematik. Peranan metode ilmiah melandasi sistematika penyusunan informasi. tersebut.

Kata “falsafah” ternyata memiliki pengertian yang beragam, Butt (1961) dalam Mardikanto (1993) mengartikan falsafah sebagai landasan pemikiran.
Sedangkan Dahama dan Bhatnagar (1980), mengartikan falsafah sebagai landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam praktek.

Berkaitan dengan itu, Kesley dan Hearne (1955) dalam Mardikanto (1993) menyatakan bahwa falsafah harus berpijak kepada pentingnya pengembangan individu di dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya. Karena itu, ia mengemukakan bahwa : falsafah adalah bekerja bersama masyarkat untuk membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia.

Di Amerika Serikat juga telah lama dikembagkan falsafah 3-T: teach, truth, and trust (pendidikan, kebenaran dan kepercayaan/keyakinan). Sedangkan di Indonesia dikenal sebagaimana disebutkan oleh Bapak Pendidikan kita: Ki Hajar Dewantoro (Syarief Thayeb, 1997) dalam Pang S. Asngari (2001) : hing ngarsa sung tulada, hing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Prosesnya mulai dengan (1) memberi teladan atau contoh, (2) setelah SDM-klien/murid dirangsang produktif berprakarsa, dan (3) sampai akhirnya SDM-klien betul-betul menguasai hal-hal yang dipelajarinya.

Menurut Sastraatmadja (1986), satu langkah yang dapat dianggap sebagai kunci utama untuk berhasilnya sesuatu usaha yang akan dilaksanakan adalah perlu diketahui dahulu apa yang menjadi falsafah dasarnya. Telah diketahui bahwa falsafah dasar penyuluhan pertanian adalah: pendidikan, demokrasi dan kesinambungan atau terus menerus.

Kata falsafah atau falsafah dalam bahasa Melayu merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.

Definisi kata falsafah bisa dikatakan merupakan sebuah problema falsafi pula. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi daripada arti dan berlakunya kepercayaan manusia pada sisi yang paling dasar dan universal. Studi ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog.

Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan falsafah. Hal ini membuat filasafat sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu bisa dikatakan banyak menunjukkan segi eksakta, tidak seperti yang diduga banyak orang.
Klasifikasi falsafah

Di seluruh dunia, banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan membangun tradisi falsafah, menanggapi dan meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu falsafah biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini falsafah biasa dibagi menjadi: “Falsafah Barat”, “Falsafah Timur”, dan “Falsafah Timur Tengah”.

Falsafah Barat
‘Falsafah Barat’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Falsafah ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno.

Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.

Falsafah Timur
‘Falsafah Timur’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Falsafah Timur ialah dekatnya hubungan falsafah dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Falsafah Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat falsafah ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf: Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.

Falsafah Timur Tengah
‘Falsafah Timur Tengah’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Falsafah Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam (dan juga beberapa orang Yahudi), yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafah mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna (Ibnu Sina), Ibnu Tufail, dan Averroes.


Falsafah, terutama Falsafah Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Falsafah muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa falsafah muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah falsafah tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah falsafah.

Sejarah Falsafah Barat
Sejarah Falsafah Barat bisa dibagi menurut pembagian berikut: Falsafah Klasik, Abad Pertengahan, Modern dan Kontemporer.

Klasik
“Pra Sokrates”: Thales - Anaximander - Anaximenes - Pythagoras - Xenophanes – Parmenides - Zeno - Herakleitos - Empedocles – Democritus - Anaxagoras
“Zaman Keemasan”: Sokrates - Plato - Aristoteles

Abad Pertengahan
“Skolastik”: Thomas Aquino

Moderen
Rene Descartes - Baruch de Spinoza- Blaise Pascal - Leibniz - Thomas Hobbes - John Locke - Georg Hegel - Immanuel Kant - Søren Kierkegaard - Karl Marx- Friedrich Nietzsche - Schopenhauer - Edmund Husserl

Kontemporer
Michel Foucault - Martin Heidegger - Karl Popper -Bertrand Russell - Jean-Paul Sartre – Albert Camus - Jurgen Habermas - Richard Rotry- Feyerabend- Jacques Derrida - Mahzab Frankfurt

2.   Pengenalan Akan Melayu

Melayu itu bukan rupa, bukan kulit, bukan bahasa dan bukan orang, Melayu itu Alam, Melayu itu Dunia, Melayu itu Pemikiran Ketuhanan, Melayu itu budaya yang memerintah.

Melayu itu bukan artinya layu dan bukan pula seperti tafsiran yang sedia ada dalam kamus atau kenyataan yang difahamkan oleh pengkaji yang memaparkan pendapat mereka. Melayu itu adalah satu nilai yang memberi kita akan kefahaman sejati tentang apa dan siapa Melayu itu. Maka jika memahami Melayu dengan tafsiran yang sebegitu rupa “Melayu itu Alam, Melayu itu Dunia, Melayu itu Pemikiran Ketuhanan, Melayu itu budaya yang memerintah.”, kita telah membuka satu penampilan baru dan satu nafas baru yang lebih segar dimana pengertiannya amat bersesuaian jika berganding dengan Orde Baru orang Melayu di alaf ini demi mencapai kejatian dirinya dan kejayaan bangsanya untuk setanding dengan bangsa lain didunia ini.

Melayu dikaitkan dengan rumpun manusia yang merangkumi berbagai kaum diseluruh dunia dan nama Melayu dikaitkan juga dengan ketamadunan awal manusia seperti ketamadunan yang pernah ada didataran Sunda yang dikenali sebagai Atlantis, Mu, Lemuria dan Kumari Kandam seperti mana pernah tercatat di dalam literatur orang Tamil. Melayu juga adalah satu julukan dan gelaran kepada satu entitas yang memiliki nilai yang menjadi idola atau yang diagungkan oleh manusia kini terhadap kehebatan mereka yang menjadi pencetus ketamadunan dan pendidik dalam kehidupan manusia di muka bumi ini walau tidak disadari banyak orang akan kedudukan dan fakta ini.

Mereka yang dikatakan Melayu bukanlah manusia,  lebih kepada bentuk satu entitas, “Intellegent” yang mempengaruhi arus evolusi manusia serta tujuan manusia dari mula hingga kini sehingga ke suatu masa apabila manusia sudah jauh dalam evolusinya sehingga membolehkan mereka memilih dan membentuk kehidupan mereka selaras dengan fitrah diri mereka dan kaitannya dengan alam ini. Maka entitas yang “Intellegent” ini menjadi pribadinya orang Melayu atau merupakan kepribadian yang memiliki kebijaksanaan berkat sikap batinnya dan bukan karena sikap lahirnya serta memiliki kesaktian dan kekuatan guna sebagai pendidik manusia dan menjaga kesejahteraan alam sejagad. 

Inilah Melayu dalam arti kata yang sebenarnya yaitu kepribadian dari batinnya yang patut kita warisi bukan hanya bersandar akan tubuh fisikalnya saja yang menjadi takrif akan arti Melayu itu. Inilah fitrah kita orang Melayu mewarisi akan nilainya sebagai Melayu dari mereka keturunan kita yang hebat ketika dahulu.

Orang Melayu memiliki nilai Melayu yang menjadi inti akan dirinya dan kebanyakan orang Melayu hanya mengenal Melayu tingkat fisikalnya saja walau ada segolongan orang Melayu telah mencapai tahap kesempurnaan yang lebih tinggi dan telah jauh evolusinya. Semuanya terpapar di pemikirannya, terpampang dalam sejarahnya dan tersisa didalam perbendaharaan keilmuan dan peradaban yang telah lalu.

Mengenal Melayu dari perkataan dan tulisan atau melalui kefahaman akademik masih belum begitu jitu. Ianya masih jauh lagi kesempurnaan pengenalannya terhadap Melayu itu. Sejarah yang ada mengenai Melayu serta asal usulnya adalah kebanyakannya hasil kajian mereka yang bukan Melayu. Mereka mengkaji dan menyimpulkan segala data yang dijumpai namun tidak sepenuhnya memahami akan fakta itu. Mereka coba menjadi “authority” Melayu dengan andaian mereka serta menetapkan kebenaran terhadap andaian mereka. Itulah sejarah dan pengenalan terhadap bangsa Melayu yang berlandaskan pemikiran mereka bukan orang Melayu. Hanya Melayu kenal Melayu.

3. Falsafah Hidup Orang Melayu
Masyarakat Melayu itu dalam falsafah hidupnya dapat disimpulkan berlandaskan pada lima dasar, yaitu :

1. Melayu itu Islam, yang sifatnya universal dan demokratis bermusyawarah.

2. Melayu itu berbudaya, yang sifatnya nasional dalam bahsa, sastra, tari, pakaian, tersusun dalam tingkah laku, dan lain-lain.

3. Melayu itu beradat, yang sifatnya regional (kedaerahan)dalam bhineka tunggal ika, dengan tepung tawar, balai pulut kuning dan lain-lain yang mnegikat tua dan muda.

4. Melayu itu berturai, yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib mengutamakan ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik, bebas tapi terikat dalam masyarakat.

5. Melayu itu berilmu, artinya pribadi yang diarahkan kepada ilmu pengetahuan dan ilmu kebathinan (agama dan mistik), agar bermarwah dan disegani orang, untuk kebaikan umum.

Rukun tertib yang dimaksudkan puak melayu adalah keadilan dan kebenaran yang harus dapat dirasa dan dilihat. Ia mengetahui, bahwa :

ISLAM tidak bertentangan dengan masyarakat yang berperikemanusiaan dan yang ber-Tuhan.

BUDAYA tidak bertentangan dengan masyarakat yang ingin beradab dan mengingkat lahiriah dan bathiniah

ADAT tak bertentangan dengan peradaban masyarakat yang ada rasa kekeluargaan, bukan individualistis.

BERTURAI tak bertentangan dengan masyarakat yang tahu harga diri, yang ingin kebenaran, keadilan dan kemakmuran yang merata dalam kehidupan.

BERILMU tak bertentangan dengan masyarakat yang ingin maju untuk kepentingan diri dan masyarakatnya. pengabdian adalah pada Allah, manusia dan lingkungan, untuk kebahagiaan diri sekarang dan nanti. ( Buku Butir Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur yang disusun oleh T.H.M. Lah Husny).

4.   Falsafah Adat Orang Melayu

Sebuah nilai adalah sebuah konsepsi , eksplisit atau implisit yang menjadi milik khusus seorang atau ciri khusus suatu kesatuan sosial (masyarakat) menyangkut sesuatu yang diingini bersama (karena berharga) yang mempengaruhi pemilihan sebagai cara, alat dan tujuan sebuah tindakan.
Nilai nilai dasar yang universal adalah masalah hidup yang menentukan orientasi nilai budaya suatu masyarakat Melayu, yang terdiri dari hakekat hidup, hakekat kerja, hakekat kehidupan manusia dalam ruang waktu, hakekat hubungan manusia dengan alam, dan hakekat hubungan manusia dengan manusia.
a.       Hidup dalam Falsafah Melayu
Tujuan hidup bagi orang Melayu adalah untuk berbuat jasa. Kata pusaka orang Melayu mengatakan bahwa “hidup berjasa, mati berpusaka”. Jadi orang Melayu memberikan arti dan harga yang tinggi terhadap hidup. Untuk analogi terhadap alam, maka pribahasa yang dikemukakan adalah :

Gajah mati meninggakan gading
Harimau mati maninggakan belang
Manusia mati meninggakan nama
Dengan pengertian, bahwa orang Melayu  itu hidupnya jangan seperti hidup hewan yang tidak memikirkan generasi selanjutnya, dengan segala yang akan ditinggalkan setelah mati. Karena itu orang Melayu bekerja keras untuk dapat meninggalkan, mempusakakan sesuatu bagi anak cucunya dan masyarakatnya. Mempusakakan bukan maksudnya hanya dibidang materi saja, tetapi juga nilai-nilai adatnya. Oleh karena itu semasa hidup bukan hanya kuat mencari materi tetapi juga kuat menunjuk mengajari anak cucunya sesuai dengan norma-norma adat yang berlaku.
Ungkapan adat juga mengatakan;
Pulai bertingkat naik meninggalkan ruas dan buku,
manusia bertingkat turun meninggakan nam dan pusaka.
Dengan adanya kekayaan segala sesuatu dapat dilaksanakan, sehingga tidak mendatangkan rasa malu bagi dirinya ataupun keluarganya. Banyaknya seremonial adat seperti perkawinan dan lain-lain membutuhkan biaya. Dari itu usaha yang sungguh-sungguh dan kerja keras sangat diutamakan Orang Melayu.
Nilai hidup yang baik dan tinggi telah menjadi pendorong bagi orang Melayu untuk selalu berusaha, berprestasi, dinamis, kreatif dan inovatif

b.       Kerja dalam Falsafah Melayu
Sejalan dengan makna hidup bagi orang Melayu, yaitu berjasa kepada kerabat dan masyarakatnya, kerja merupakan kegiatan yang sangat dihargai. Kerja merupakan keharusan. Kerjalah yang dapat membuat orang sanggup meninggalkan pusaka bagi anak kemenakannya. Dengan hasil kerja dapat dihindarkan “hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’. Artinya harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.
Dengan adanya kekayaan segala sesuatu dapat dilaksanakan sehingga tidak mendatangkan rasa malu bagi dirinya atau keluarganya. Banyaknya seremonial adat itu seperti perkawinan membutuhkan biaya. Dari itu usaha yang sungguh-sungguh dan kerja keras sangat diutamakan. Orang Melayu disuruh untuk bekerja keras, sebagaimana yang diungkapkan juga oleh fatwa adat sbb:

Kayu hutan bukan andalas
Elok dibuat untuk lemari
Tahan hujan berani berpanas
Begitu orang mencari rezeki
Dari etos kerja ini, anak-anak muda yang punya tanggungjawab di kampung disuruh merantau. Mereka pergi merantau untuk mencari apa-apa yang mungkin dapat disumbangkan kepada kerabat dikampung, baik materi maupun ilmu. Misi budaya ini telah menyebabkan orang Melayu terkenal dirantau sebagai makhluk ekonomi ulet.
Etos kerja keras yang sudah merupakan nilai dasar bagi orang Melayu ditingkatkan lagi oleh pandangan ajaran Islam yang disabdakan Nabi saw:
“‘i’mallidunyaka kaanaka tamuusu abada, wa’mal li akhiratika tamuutu ghada”
Jadi masyarakat dituntut bekerja keras seakan-akan dia hidup untuk selama-lamanya, dia harus beramal terus seakan-akan dia akan mati besok.
c.       Waktu dalam Falsafah Melayu
Bagi orang Melayu waktu berharga merupakan pandangan hidup orang Melayu. Orang Melayu harus memikirkan masa depannya dan apa yang akan ditinggalkannya serta bekal apa yang dibawa sesudah mati. Mereka dinasehatkan untuk selalu menggunakan waktu untuk sesuatu yang bermakna.
Dimensi waktu, masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang merupakan ruang waktu yang harus menjadi perhatian bagi orang Melayu.
Melihat contoh ke yang sudah.
Bila masa lalu tak menggembirakan dia akan berusaha  memperbaikinya.
Duduk meraut ranjau, tegak meninjau jarah merupakan manifestasi untuk mengisi waktu dengan sebaik-baiknya pada masa sekarang. Membangkit batang terandam merupakan refleksi dari masa lalu sebagai pedoman untuk berbuat pada masa sekarang. Sedangkan mengingat masa depan adat berfatwa;
“hemat sebelum habis,sediakan paying sebelum hujan”.

d.       Alam dalam Falsafah Melayu
Pepatah adat menyebutkan: "Menyimak alam, mengkaji diri" Nilai ini mengajarkan agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan, haruslah diawali dengan penelitian yang cermat terhadap alam dan semua potensi yang ada (sumber daya alam), serta mengkaji pula kemampuan diri (sumber daya manusia). Melalui kajian inilah dibuat rancangan yang diharapkan dapat memenuhi harapan semua pihak. Orangtua-tua mengakatan: "menyimak alam luar dan dalam, mengkaji diri untuk mengukur kemampuan sendiri"; atau dikatakan: "mengkaji alam dengan mendalam, diri diukur dengan jujur".

Nilai di atas memberi peluang terjalinnya hubungan kerjasama dengan berbagai pihak yang dianggap ahli dan berkemampuan, termasuk pemodal luar sepanjang tidak merugikan masyarakat dan menjatuhkan harkat, martabat, tuah dan marwahnya. Orangtua-tua mengatakan: bila tidak mampu, cari yang mampu; bila tidak pandai, cari yang pandai; bila tidak tahu, cari yang tahu; atau dikatakan: untuk membangun yang berfaedah, jangan malu merendah (maksudnya, untuk mewujudkan pembangunan, jangan malu-malu menggunakan tenaga luar yang dianggap patut dan layak). Dengan demikian, pembangunan dapat berjalan tanpa memaksakan diri bila benar-benar tidak memiliki daya dan kemampuan.

Perhatian orang Melayu terhadap alam sekitarnya sangat tinggi. Orang Melayu selalu menjaga keseimbangan dan harmonisasi alam tersebut, sehingga alam merupakan bagian dari tata kehidupan mereka. Seperti dalam ungkapan berikut:

kalau terpelihara alam lingkungan,
banyak manfaat dapat dirasakan:

ada kayu untuk beramu
ada tumbuhan untuk ramuan
ada hewan untuk buruan
ada getah membawa faedah
ada buah membawa berkah
ada rotan penambah penghasilan

Membangun jangan merusak, membina jangan menyalah. Nilai ini mengajarkan, agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan jangan sampai menyalahi ketentuan agama dan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial masyarakatnya. Agama dan budaya hendaklah dijadikan œroh, teraju, pucuk jala pumpunan ikan dalam merancang pembangunan. Karenanya, para perancang dan pelaksana pembangunan haruslah memahami seluk beluk agama dan budaya serta norma-norma sosial masyarakatnya, agar pembangunan itu benar-benar bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Orangtua-tua mengingatkan: bila membangun tidak senonoh, hasil tak ada masyarakat bergaduh; atau dikatakan: apabila membina tidak semenggah, lambat laun menjadi musibah. Ungkapan adat menegaskan: adat membangun negeri, jangan lupakan diri; adat membangun desa, jangan lupakan agama; adat membangun masyarakat, jangan tinggalkan adat. Ungkapan lain mengatakan: dalam melaksanakan pembangunan, agama dimuliakan, budaya diutamakan, adat dikekalkan. Selanjutnya dikatakan: apabila agama tidak dipakai, alamat masyarakat akan meragai (sengsara dunia akhirat); apabila budaya tidak dipandang, alamat negeri ditimpa malang; apabila adat tidak diingat, lambat laun sengsaralah umat. Ungkapan adat juga mengatakan: apabila pembangunan hendakkan berkah, agama jangan dipermudah; apabila membina hendak bermanfaat, jangan sekali meninggalkan adat. Ungkapan yang lain menjelaskan:

apabila alam sudah binasa,
balak turun celaka tiba
hidup melarat terlunta-lunta
pergi ke laut malang menimpa
pergi ke darat miskin dan papa

apabila alam menjadi rusak,
turun temurun hidup kan kemak
pergi ke laut di telan ombak
pergi ke darat kepala tersundak
hidup susah dada pun sesak
periuk terjerang nasi tak masak

siapa suka merusak alam,
akalnya busuk hatinya lebam
siapa suka membinasakan alam,
akal menyalah hati pun hitam

siapa suka merusak lingkungan,
tanda hatinya sudah menyetan

Alam Melayu yang indah, bergunung-gunung, berlembah, berlaut dan berdanau, kaya dengan flora dan fauna telah memberi inspirasi kepada masyarakatnya. Mamangan, pepatah, petitih, ungkapan-ungkapan adatnya tidak terlepas daripada alam.
Alam mempunyai kedudukan dan pengaruh penting dalam adat Melayu, ternyata dari fatwa adat sendiri yang menyatakan bahwa alam hendaklah dijadikan guru.
Yang dimaksud dengan adat sebenar adat adalah yang tidak lapuk karena hujan dan tak lekang karena panas biasanya ketentuan-ketentuan alam atau hukum alam, atau kebenarannya yang datang dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu adat Melayu falsafahnya berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan dalam alam, maka adat Melayu itu akan tetap ada selama alam ini ada.


0 Comments:

Posting Komentar