DASAR TEORI
Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisa volumetri biasa disebut juga sebagai analisis titirimetri atau titrasi yaitu yang diukur adalahvolume larutan yang diketahui konsentrasinya dengan pasti yang disebut sebagai titran, dan diperlukanuntuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tepat volume titrat (analit) atau sejumlah berat zat yang akanditentukkan. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya
Volumetri/titrasi merupakan salah satu cara analisis secara kuantitatif, yaitu analisis yang bertujuan untuk menentukan jumlah suatu zat atau komponen zat. Salah satu contoh dari analisis volumetri adalah titrasi, dimana analat direaksikan dengan suatu pereaksi sedemikian rupa sehingga jumlah zat-zat yang direaksikan itu ekuivalen satu sama lain atau tepat saling menghasilkan sehingga tidak ada sisa. Beberapa analisis yang dapat kita ketahui dalam volumetri atau titrasi ini yaitu:
1. Analisis kesadahan total melalui titrasi kompleksometri
Kesadahan total adalah jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat dalam suatu sampel air. Kesadahan total salah satunya dapat ditentukan melalui volumetri. Titrasi menggunakan EDTA (etilendiamintetraasetat) sebagai titran dan EBT (Eriochrome Black T, Erio T) sebagai indikator.
2. Analisis keasaman melalui titrasi asam lemah dengan basa kuat
Titrasi asam basa adalah titrasi yang menyangkut asam dan basa aik kuat maupun lemah. Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH ekuivalen antara 4 sampai 10.
3. Analisis kadar H2O2 melalui titrasi redoks.
Reaksi redoks merupakan suatu reaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan bilangan oksidasi pada atom-atom dalam komponen yang terlibat dalam reaksi. Reaksi redoks dapat dijadikan sebagai dasar dalam titrasi karena seringkali atom atau senyawa yang sama dengan bilangan oksidasi berbeda memiliki perbedaan warna yang cukup jelas.
4. Analisis kadar Cl dalam larutan NaCl melalui titrasi argentometri metode volhard.
Argentometri merupakan metode titrasi yang menggunakan larutan pekat nitrat (AgNO3) sebagai titran. Hasil reaksi titrasinya adalah endapan atau garam yang sukar larut.
1
TUJUAN
1. Mahasiswa terampil dalam melakukan analisis menggunakan metode titrasi asam basa dan titrasi redoks.
2. Mahasiswa dapat memahami reaksi kimia yang berlangsung saat melakukan titrasi.
3. Memiliki keterampilan dan pengalaman kerja laboratorium kimia dalam melakukan analisis titrasi pada suatu larutan.
ALAT DAN BAHAN
Alat : Buret statif, Erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur.
Bahan :
Titrasi asam basa : asam cuka, indikator PP, NaOH 0,1 M.
Titrasi redoks : H2O2, H2SO4, dan KMnO4
CARA KERJA
1. Titrasi asam lemah dan basa kuat
- Masukkan 10 ml CH3COOH kedalam Erlenmeyer
- Tambahkan 2 tetes PP
- Titrasi dengan NaOH
- Hingga warna merah muda
- Hitung volume titran dan tentukan nilai alkalinitas sampel asam cuka.
2. Titrasi redoks
- Masukkan 5 ml H2O2, tambahkan 2 ml H2SO4
- Titrasi dengan KMnO4
- Hingga warna KMnO4 hilang (merah muda)
- Hitung volume titran dan tentukan kadar H2O2.
HASIL PENGAMATAN
1. Titrasi asam lemah dan basa kuat
Volume NaOH ( XV1 )
- 0 – 16,5 = 16,5
- 16,5 – 32,8 = 16,3
- 32,8-49,3 = 16,5
Volume rata-rata = 16,5 + 16,5
2
= 16,5
Perhitungan
CH3COOH +NaOH ® CH3COONa + H2O
1 mol CH3COOH = 1 mol NaOH
1 (m.v) = 1 (m.v)
1 (m.10) = (xv.0,1)
1 (m.10) = (16,5.0,1)
10 m = 1,65
m = 10
1,65
1,65
m = 0,165
2. Titrasi redoks
Volume KMnO4 (XV2)
- 0 – 10,8 = 10,8
- 10,8 – 21,8 = 11
- 21,8 – 32,4 = 10,6
Volume rata-rata = 10,8+10,6
2
2
= 10,7
Perhitungan
2 KMnO4 + 5 H2O2 + 6 H+ 5 O2 + 2 Mn2+ + 8 H2O
2 mol MnO4 = 5 mol H2O2
2 (m.v) = 5 (m.v)
2 (XV2 . 0,005) = 5 (m . 5)
5/2 (10,7.0,005) = 5 m
5/2 (0,0535) = 5 m
0,13375 = 5 m
m = 0,13375
5
5
m = 0,02675
PEMBAHASAN
Setiap percobaan analisis penentuan titrasi, hal penting yang harusdiperhatikan adalah volume larutan pereaksi (titrannya). Percobaan pada setiap analisis dilakukan tiga kali, dan setiap kali percobaan selisih antara percobaan 1 dengan 2, percobaan 2 dengan 3, dan percobaan 3 volume titran tidak boleh melebihi 0,3 ml.
Selisih 0,3 ml merupakan standar toleransi dalam penentuan titik titrasi, karena jika melebihi 0,3 ml maka titrasi telah melewati titik ekuivalen dan melebihi titik akhir titrasi.Jikaterjadi hal tersebut akan berpengaruh pada perhitungan dan analisis titrasi yang dilakukan akan menjadi kurang akurat.
Pada proses titrasi kita perlu memperhatikan volume larutan pereaksi/titran.Pada analisis keasaman melalui titrasi asam lemah dengan basa kuat, meyangkut asam dan basa baik kuat maupun lemah. Dalam titrasi asam basa ini hal yang sangat mendasar ialah perubahan pH. Dengan penggunaan larutan asam lemah yaitu asam cuka (CH3COOH) sebagai titrat,PP sebagai indikator, dan basa kuat yaitu NaOH sebagai titrannya. PP yang memilki trayek pH 8,0 – 9,6 dengan indkator perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah, asam cuka ialah asam lemah, jadi kisaran pHnya kurangdan mendekati 7. Oleh karena itu, campuran larutan ini tidak berwarna.Ketika dicampu dengan NaOH berubah menjadi merah muda karena NaOH merupakan basa kuat yang pH-nya diatas 7. Sehingga menyebabkan perubahan warna merah muda sesuai dengan indikator larutan PP.
Analisis kadar H2O2melalui titrasi redoks, di bagian ini H2O2ditambah larutan H2SO4akan direaksikan dengan larutan KMnO4 sebagai titrannya. Perbedaan warna yang cukup jelas pada reaksi redoks yaitu warna ungu pekat yang ada pada larutan yang mengandung ion MnO42- (KMnO4). Sehingga titik akhir titrasi yang melibatkan MnO4 sebagai titran ditunjukkan dengan munculnya warna ungu akibat kelebihan ion MnO4. Hasil yang lebih jelas bisa dilihat dari perhitungan rumus pada bagian hasil pengamatan sebelumnya.
KESIMPULAN
1. Analisis larutan melalui proses titrasi dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu :
- Kualitatif:diamati dari perubahan warna setelah di titrasi.
- Kuantitatif: perhitungan data percobaan melalui rumus pada tiap analisis titrasi.
2. Ketepatan pemberian pereaksi (titran) dengan melihat volume pada burret,darisetiap proses titrasi sangat menentukan keberhasilan proses tritasi.
3. Penerapan berbagai metode dalam poses titrasi, bisa menambah wawasan dalam kerja laboratorium untuk mencari hasil tritasi dengan perubahan warna dan perhitungan rumus kimia
DAFTAR PUSTAKA
Kristiani, E.B.E. 2010. PetunjukPraktikum Kimia. Salatiga:UKSW.
Day, R.A, Underwood A.L.2001.Analisis Kimia Kuantitatif (Diterjemahkan oleh Iis
Sopyan). Edisi keenam. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari Quantitative Analysis sixth edition.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
0 Comments:
Posting Komentar