skip to main |
skip to sidebar
cerita bareng ust felix
Masih jelas di kepala saya, satu malam di Baranangsiang, saya dan Ustadz Fatih Karim terjebak macet di dalam angkutan umum 03 tujuan Merdeka, itu 15 tahun yang lalu
Sepanjang perjalanan, @fatihkarim yang lebih akrab saya panggil Kang Ari, sibuk menjawab pertanyaan saya bertubi-tubi, tentang tokoh liberal dan pandangan mereka
Bagi saya, tak ada retorika yang lebih baik dari Fatih Karim, pisau analisisnya tajam, menyebabkan lawan diskusi tak berkutik bila sudah berhadapan dengan beliau, top pokoknya
Fatih Karim jelas idola anak dakwah kampus, muda, cerdas, dan pengusaha. Menyimak caranya mematahkan argumen liberalis sudah setara menonton film Jacky Chan
Setelah pertanyaan dan keraguan saya tentang cara menangkis pemikiran liberal terjawab, Fatih Karim giliran bertanya pada saya, "Lix, gimana kalau besok saya jadi liberalis?"
.
Spontan saya jawab dengan mantap, "Antum bakal nyesel, karena antum berarti jadi lawan saya". Fatih Karim lalu tertawa, ada rasa kepuasan saat mendengar jawaban saya
Sedari dulu, dari awal Fatih Karim menempa saya dengan Islam, beliau menekankan selalu bahwa yang utama adalah pemikiran, bukan orang, idenya bukan personnya
Beliau berkali-kali menekankan jangan menjadikan manusia sebagai tumpuan secara berlebihan, satu saat bila dia berubah, kita bakal kecewa atau meninggalkan dakwah
Saat itu patron saya adalah Fatih Karim, mulai dari gaya bicara, sampai sistematika cara penyampaianm copy-paste, tapi tetap beliau berpesan, bukan orang tapi pemikiran
Itu yang dibiasakan pada saya, sampai saat ini, betapapun saya mengidolakan dan kagum pada seseorang, itu tak lebih karena idenya, karena apa yang dia pegang, yakni Islam
Dengan itu, kita tidak kehilangan daya kritis, tapi tetap khidmat pada orang yang kita kagumi, sebab manusia pasti ada salahnya, sedang konsep Islam itu dijamin sempurna oleh Allah
Tulisan ini adalah pendahuluan dari bahasan-bahasan berikutnya, agar kita adil dalam melihat satu peristiwa. Tidak berlebih-lebihan dan serampangan dalam menyikapi sesuatu
Mudah-mudahan Allah beri kesempatan untuk merampungkan tulisan berikutnya, tentang adil dalam bersikap, bijak dalam beramal, serta teguh pada kebenaran
0 Comments:
Posting Komentar