Pages

Subscribe:

Labels

Defek Massa Dan Energi Ikat Inti

Berdasarkan pengukuran laboratorium, massa sebuah inti atom stabil selalu lebih kecil dari total massa nukleon (proton dan netron). Lalu kemanakah hilangnya selisih massa ini? Telah anda ketahui tentang kesetaraan massa energi dalam sebuah persamaan yang dikemukakan oleh Einstein, selisih massa tersebut telah berubah menjadi energi yang bekerja untuk menjaga kestabilan inti atom tersebut. Untuk selanjutnya selisih massa di sebut dengan defek massa dan energi yang bekerja dalam inti atom disebut dengan energi ikat inti atau gaya nuklir (nuclear force).

KAMPUS MILIK SIAPA??

Dimanapun kita berasal bahkan dimanapun kita berada maka jika kita sudah sah secara hukum berada ditempat itu maka itu jadi milik kita selain punya hak kita juga punya tanggung jawab untuk menjaganya. itu seimbang sih antara hak dan kewajiban ,,,,, haha anak kcil juga tau :D :D :D tapi bukan itu maksud saya kita sekarang bicara kampus aja deh so pasti ni kampus megah dengan segala fasilitas yang ada bukanlah milik perorangan apalagi rektor ( mohon maaf pak rektor gk ada maksaut apaapa) ya yang jelas jika milik bersama ya kita gunakan bersama kita jaga bersama tanpa ada merugiakn dan tanpa ada pihak yang merasa dirugikan suuuaaiiiiiiiiiiiii!!!!! suai ajala nah jadi tadi ketemu di puskom deh, ya puskom singkatan dari pusat komputer , mrupakan semua pusat komputerisasi kampus, dan memang ada orang yang memang diamanhkan untuk bertanggung jawab di sana dan tentu dengan segudang tanggung jawab tidak membuat kita sombong dan arogant tentunya, eh sekali lagi saya gk bilang orang puskom arogant lo cuma pengantar nii... okee!! baru mukadimah niii tujuan saya adalah kalo cuma jadi receptionis informan ya itu mah kalo liat sikaapnya tadi saya jadi merasa gk bersalah bilang dia posisi rendahan.. eh emosi deh jadinya,,, bukan itu juga maksud saya.. jangan gara gara kesalahan dan keteledoran kita malah yang jadi disalahkan nama besar instansi atau suatu nama yang besar yang justru pelakunya bukan sebagai apa apa disana :D kacung :D terpaksa sih gue bilang gni critanya :: teteeeetttt:: siang menjelang sore seorang mahasiswa datang ke puskom, niaatnya ntah ngapain gua jga gk tau, yang gue liat pas lagi masuk puskom dan muter muter kyaknya gk dpat tempat duduk, nah trus ada bagian informan atau receptioniist klo di hotel :D lagi nonton anime di depan komputerya puskom sementara kursinya ada kosong dua buah mahasiswa : bang bole numpang duduk disini kerjain tugas bentar bg? kacung puskom : jangan nanti kena marah! Mahaiswa : siapa yang marah? kacung puskom : orang sini nanti marah mahasisswa : oke sip sekilas sih si mahasiswa biasa aja kliatannya mungkin karna emng dh dewaasa kali, tapi coba aja sama orang yang lagi kepepet dan butuh atau buru buru di bilang gitu, jangankan adu mulut adu pukul mau itu :D haahaa maksud saya kalau di bagian biro ya rendah hati lah sedikit tu bukan punya loo!! lo cma lagi bruntung aja ada amanah dstu dan orang lagi butuh lo so jngan sombongg! emang kalo ntar mati lo bisa gali kuburan sendiri :D :

Radioimmunoassay (RIA)

Pengertian Radioimmunoassay Radioimmunoassay merupakan metode laboratorium (in vitro method) untuk mengukur dengan relative tepat jumlah zat yang ada pada tubuh pasien[1] dengan isotop radioaktif yang bercampur dengan antibody yang disisipkan ke dalam sampel. Radioimmunoassay merupakan revolusi dalam pemeriksaan medis. Pada tahun 2009, teknik ini masih revolusioner karena merupakan blueprint untuk pengembangan metode lebih lanjut dalam teknik laboratorium di bidang medis. Dasar-dasar teknik radioimmunoassay (RIA) atau prinsip competitive-binding radioassay ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950-an oleh Solomon Berson dan Rosalyn Yallow[1,2] untuk memeriksa volume darah, metabolism iodine, menentukan kadar hormone insulin dalam plasma darah. Dengan menggunakan prinsip ini titer atau kadar berbagai hormon, antigen, antibodi, enzim dan obat dalam darah dapat diukur dengan ketepatan dan ketelitian yang sangat tinggi. Karena limit deteksi yang sangat baik ini maka RIA digunakan sebagai peralatan laboratorium standar. RIA memanfaatkan radioaktivitas dari isotop radioaktif yang diinjeksikan ke dalam sampel. Cacahan radiasi dideteksi menggunakan pencacah seperti detector Geiger-Muller, scintillator, dan sebagainya. Pemanfaatan Radioaktivitas Teknik RIA adalah suatu teknik penentuan zat-zat yang berada dalam tubuh berdasarkan reaksi imunologi yang menggunakan tracer radioaktif[3]. Tracer radioaktif adalah isotop radioaktif yang akan meluruh pada melalui proses radioaktivitas. Radioaktivitas adalah proses peluruhan isotop tidak stabil (radioaktif) menjadi isotop yang lebih stabil dengan memancarkan energy melalui materi berupa partikel-partikel (alpha atau beta) ataupun gelombang elektromagnetik (sinar gamma)[4]. Intensitas dari sumber radioaktif dinyatakan oleh transformasi inti rata-rata per satuan waktu. Satuan radioaktivitas dinyatakan dengan Curie (Ci). 1 Ci awalnya didefinisikan sebagai radiasi yang dipancarkan oleh 1 gram 226Ra, tetapi definisi ini diubah sebagai kemurnian dari peningkatan nuklida. Nilai absolute dari 1 Ci sama dengan 3,7×1010 disintegrasi/sekon. Satuan lain dari radioaktivitas adalah Becquerel (Bq), 1 Bq sama dengan 1 disintegrasi/sekon[5,6]. RIA memiliki 2 keampuhan metode[3] antara lain adalah: Pertama, pengukuran radioaktivitas memberikan kepekaan dan ketelitian yang tinggi serta tidak terpengaruh oleh factor-faktor lain yang terdapat dalam system. Kedua, reaksi immunologi berlangsung secara spesifik karena antigen hanya dapat bereaksi dengan antibody yang sesuai dengannya sehingga zat lain atau antigen lain yang tidak sesuai karakteristiknya tidak dapat ikut campur dalam reaksi. Prinsip Kerja Prinsip radioimmunoassay dapat diringkas sebagai persaingan reaksi dalam campuran yang terdiri dari antigen/hormon berlabel radioaktif, antibodi dan antigen/hormon yang tidak berlabel radioisotop. Antigen radioaktif dicampur dengan sejumlah antibodi. Antigen dan antibodi berikatan satu sama lain menjadi satu zat. Kemudian ditambahkan zat yang tidak diketahui jenisnya yang mengandung sedikit antigen. Zat baru ini merupakan zat yang diuji[1,9]. Secara sederhana digambarkan dengan asumsi bahwa antibodi yang dimaksud berkonsentrasi sangat tinggi untuk dikombinasikan dengan antigen atau antigen yang berlabel dalam molekul antibodi. Pada saat ikatan kadar protein dan steroid radioaktif konstan, penghambatan ikatan hormon radioaktif dengan ikatan protein merupakan fungsi dari jumlah hormon nonradioaktif yang berada pada sampel. Secara ringkas, skema proses pengujian zat dengan teknik radioimmunoassay diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Gambar 1. Skema singkat proses pengujian zat dengan teknik radioimmunoassay Gambar 1. Skema singkat proses pengujian zat dengan teknik radioimmunoassay Referensi W. “What is Radioimmunoassay?”. 2012. http://www.wisegeek.com/what-is-radioimmunoassay.htm. Conjecture Corporation. Diakses 17 November 2012. Johan S. Masjhur, “Perkembangan Aplikasi Teknologi Nuklir Dalam Bidang Kedokteran”. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung. Seminar Keselamatan Nuklir. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. 2009. Nurcahyadi, Hari. Susila, I.P. Imran, Z.W. “Perekayasaan Pencacah RIA IP10.1 Untuk Diagnosis Kelenjar Gondok”. PRPN-BATAN. “Pengertian Radioaktif/Radioaktivitas”. http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/. Diakses 17 November 2012. Alpen, E. L. (1995). “Radiation Biophysics”. First edition. Gordon and Breach. New York. “Principle of The Radioimmunoassay”. 2000. https://wprcfs.primate.wisc.edu/assay/riameth.html. University of Wisconsin System Board of Regents. Diakses 17 November 2012. “Nuclide Safety Data Sheet”. Iodine-125. http://safety.uncc.edu/sites/safety.uncc.edu/files/Iodine%20125.pdf. Diakses 17 November 2012. Hadi, K. Ismuji. “Penggunaan Metoda Radioimmunoassay Untuk Menentukan Kadar Hormon Reproduksi“. 1983. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Satoskar, R.S. Bhandarkar, R.S. Rege, N.N. “Pharmacology and Pharmacotherapeutics“. 2009. Popular Prakashan. New revised 21 St Ed. “Principle of The Radioimmunoassay”. 2000. https://wprcfs.primate.wisc.edu/assay/riameth.html. University of Wisconsin System Board of Regents. Diakses 17 November 2012. Pomeranz, Yoshajahu. Leloan, C. E. “Food Analysis: Theory and Practice“. Springer. USA. Third edition.