cara kerja hujan buatan
Akhir-akhir ini Jakarta diguyur oleh hujan yang tak menentu. Kadang hari ini hujan, kadang besok tidak. Seperti itulah cuaca hujan di Jakarta.
Mengenai kejadian ini saya menjadi teringat oleh cerita Ibu Lussy. yang pernah membuat hujan buatan pada perusahaannya.
Ibu lussy menceritakan proses tentang hujan buatan kepada saya. Menurutnya, banyak tujuannya orang atau suatu lembaga membuat hujan buatan.
Tujuannya yaitu untuk membantu daerah yang sedang mengalami kekeringan, keperluan air bersih, pembangkit listrik, irigasi, dan lain sebagainya.
Nama yang digunakan untuk membuat hujan buatan adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). TMC digunakan untuk mempengaruhi proses yang terjadi di awan sebagai pembuat hujan. Sehingga mempercepat peluang terjadinya hujan, agar hujan buatan bisa terjadi kapan saja tanpa harus menunggu musim hujan. Lalu apa itu yang dimaksud dengan TMC?
TMC bukanlah hal teknologi yang baru. Teknologi ini sudah dipakai oleh lebih dari 60 negara di dunia, termasuk Indonesia yang mulai memakai sejak 26 Januari-25 Maret 2013. Padahal, teknologi ini telah diperkenalkan dan diuji-coba oleh pemerintahan Presiden Soeharto pada 1977.
Sejarah TMC dunia bermula pada 1946 ketika Vincent Schaefer dan Irving Langmuir mendapatkan fenomena terbentuknya kristal es dalam lemari pendingin, saat Schaever secara tidak sengaja melihat hujan yang berasal dari nafasnya waktu membuka lemari es.
Pada tahun 1947, Bernard Vonnegut mendapatkan terjadinya deposit es pada kristal perak iodida (Agl) yang bertindak sebagai inti es. Pada suatu hari, Vonnegut tanpa disengaja melihat titik air di udara ketika sebuah pesawat tebang dalam rangka reklame Pepsi Cola dengan membuat tulisan asap nama minuman itu.
Lalu mau tahu, bagaiman membuat hujan buatan?
Untuk membuat hujan buatan dibutuhkan dua jenis bahan. Bahan ini untuk mempengaruhi proses yang terjadi di awan. Adapun bahan ini yang pertama adalah Bahan untuk membentuk es, dikenal dengan glasiogenik, berupa Perak Iodida (AgI).
Yang kedua adalah Bahan untuk menggabungkan butir-butir air di awan, dikenal dengan higroskopis, berupa garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2 dan Urea.
Dari kedua bahan tersebut lalu disebarkan dengan bantuan pesawat terbang. Dalam hal ini, harus diperhatikan juga kondisi yang akurat tentang arah angin, kelembaban dan tekanan udara, peluang terjadinya awan.
Sering terjadi, bahan-bahan yang sudah disebar tadi tidak menghasilkan hujan, dikarenakan tidak memperhatikan hal-hal tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Posting Komentar